Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jadwal Kereta Baru Bikin Rajin Bangun Pagi, tapi Malas Pulang

8 April 2013   23:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30 1507 0
Macetnya kota Jakarta semakin aduhai. Namun, hal tersebut tidak mengurangi daya tarik kota itu sendiri. Tetap banyak masyarakat yang bertahan dengan kemacetan, hanya untuk mencari segenggam berlian. Oh ini terlalu berlebihan, tetapi memang nyatanya bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

Transportasi umum yang beranekaragam pun mulai dilirik para pekerja Jakarta. Daripada nyetir sendiri, lama di jalan, mending naik bus umum. Kalau beruntung di bus bisa istirahat. Kalau mau cepat, enaknya naik kereta. Beberapa menit menjadi sarden di dalam kereta, yang penting cepat sampai tempat kerja, cepat sampai rumah.

Saya adalah salah satu pengguna jasa kereta Tangerang-Sudirman sejak lima tahun yang lalu kalau tidak salah. Perubahan dalam transportasi yang satu ini kerap kali dilakukan. Pertama kali naik kereta Tangerang, saya masih merasakan kereta langsung dari Tangerang menuju Sudirman yang hanya ada satu kali di pagi hari dan dianggap ekspres. Kemudian, berubah menjadi ekonomi AC. Bedanya adalah jumlah stasiun berhenti. Kalau ekspres, stasiun kecil dilewati begitu saja. Sampai sekarang masih ada stasiun yang mempunyai peron tapi tampaknya belum siap sebagai stasiun pemberhentian.

Perubahan menjadi kereta ekonomi AC bukan hal yang menyenangkan. Waktu tiba di stasiun Sudirman menjadi lebih siang sekitar 5 menit. Belum lagi ditambah hal-hal tak terduga seperti gangguan sinyal, tunggu antrian kereta yang jalan duluan, dan sebagainya.

Perubahan berikutnya menjadi cikal bakal perjalanan kereta saat ini, yaitu sistem transit. Tidak ada lagi kereta Tangerang-Sudirman, yang ada hanyalah Tangerang-Duri. Perubahan kali ini cukup besar. Sampai di stasiun transit, terkadang kereta belum ada, terkadang sudah ditinggal sehingga harus menunggu kereta berikutnya.

Sistem transit seperti ini membuat saya kesal. Waktu terbuang percuma hanya untuk menunggu. Terasa bahwa ketersediaan kereta yang dimiliki pun masih terbatas, rasa-rasanya tidak cocok menggunakan sistem seperti ini. Ditambah lagi kereta dari Duri-Sudirman ini bukan hanya mengangkut penumpang Tangerang. Di stasiun Tanah Abang kereta akan berhenti untuk mengangkut penumpang kereta Serpong. Ribut mulut antarpenumpang seolah menjadi hal yang biasa dan dibiarkan begitu saja. Kereta sudah cukup sesak diisi penumpang Tangerang, masih harus ditambah penumpang Serpong.

Setidak enak apapun, sebagai penumpang saya tetap ngikut dengan aturan yang telah ditetapkan. Termasuk perubahan jadwal di awal April ini. Saya sempat mengira itu hanya lelucon perusahaan kereta dalam rangka April Mop. Jadwal kereta pagi biasanya lebih cepat 10 menit, tetapi hanya dapat kereta ekonomi di stasiun Duri. Kalau mau naik kereta AC harus nunggu lebih lama lagi, padahal jam masuk kerja ya tidak berubah.

Akhirnya, saya memilih ikut jadwal yang lebih pagi lagi. Bangun juga ikutan lebih pagi. Sampai tempat kerja lebih pagi, tapi ini bukan karena rajin kerja karena keadaan terkondisi. Yang bikin kesal justru jadwal pulang. Di saat pulang jam kerja, kereta yang tersedia dari Sudirman ke Duri hanyalah pukul 17.21 kemudian baru ada lagi satu jam kemudian. Jika dibandingkan jadwal sebelumnya, mungkin sudah ada kereta yang lewat yang di rentang jam tersebut. Dan selama satu jam kosong, sudah ada dua jadwal kereta Tangerang yang tidak bisa dinaiki. Bukan hanya itu saja, selain lama menunggu di stasiun Sudirman, masih harus menunggu lama di stasiun Duri. Ini bukan hanya merugikan penumpang, tetapi juga penyedia kereta. Kereta tidak mengangkut secara optimal, biaya operasional tidak berkurang.

Saya dengar dari teman, sudah ada jadwal yang diperbaharui dan dilaksanakan. Namun, sosialisasinya belum terdengar. Bahkan petugas di stasiun Sudirman pun masih menjawab dengan jadwal yang tertera di papan semata. Saya sendiri belum sempat merasakan perubahan jadwal yang lebih baik ini. Semoga saja dengan perubahan jadwal tersebut, jadi rajin pulang juga. Tapi, mengeluh bagaimanapun saya tetap memilih kereta sebagai transportasi paling asyik di kota Jakarta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun