Liang Chiu Sia lahir di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 9 September 1950. Setelah menyelesaikan SMP di Indonesia, ia hijrah ke China. Liang Chiu Sia menamatkan sekolah bulutangkis pada tahun 1972.Liang Chiu Sia menikah dengan seorang lelaki yang berkebangsaan Hongkong,memaksa Liang Chiu Sia untuk pindah kewarga negaraan menjadi Warga Negara Hongkong,dan kemudian menetap di Hongkong bersama keluarga.
Liang Chiu Sia juga mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Liang Tjun Sen atau lebih dikenal dengan nama Tjun Tjun. Adik Liang Chiu Sia yang juga seorang pebulutangkis adalah pemain ganda putra Indonesia dan berprestasi Dunia di saat itu, berpasangan dengan Johan Wahyudi.Seperti diketahui Tjun Tjun berpasangan dengan Johan Wahyudi ini pernah meraih juga 6 ( enam ) kali menjuarai Kejuaraan bergengsi All England pada tahun 1974-1975 dan 1977-1980.
Rudy Hartono sang Maestro bulutangkis pernah meraih 8 (delapan ) kali berturut turut Juara All England di masa itu.Indonesia pernah punya 7 pemain bulutangkis hebat di sektor Putra di zaman itu,Rudy Hartono, Tjun Tjun/Johan Wahyudi, Ade Chandra/Chirtian Hadinata. Ie Sumirat dan Liem Swi King.Mereka di sebut ; " The Magnificent Seven".
Setelah lama menetap di Hongkong bersama keluarganya , timbul juga rasa ingin kembali ke Negara Indonesia tempat kelahiran nya,dengan dukungan penuh dari pihak Pemerintah yang juga atas usulan PBSI saat itu, maka Liang Chiu Sia bisa juga kembali menetap di Indonesia.
Kerinduan Susi Susanti akan prestasi Tungal Putri Indonesia saat ini yang sedang merosot tajam meminta kesediaan Liang Chui Sia kembali memegang Jabatan Kapala Pelatih Tunggal Putri bulutangkis Indonesia dan mengusulkan pada PBSI.Usulan dan keluhan Susi Susanti bisa di pahami oleh Ketua PSSI Gita Wirawan dan bersama sama Ketua Bidan Pembinaan dan Prestasi Rexy mainaky memilih Liang Chiu Sia sebagai pelatih kepala tungal putri.
Ditangan Liang Chiu Sia lah kehormatan bulutangkis Putri Indonesia di harapkan bisa melahirkan kembali prestasi prestasi yang sudah pernah di raih Susi Susanti di masa lalu,saat Liang Chiu Sia menjabat sebagai Pelatih Kepala pemain Bulutangkis Tunggal Putri Indonesia.
Susi Susanti yang juga adalah bekas anak didik Liang Chiu Sia, yang pernah membawanya menjadi juara olimpiade dan juara dunia di tahun 1993. Liang Chiu Sia sempat melatih nomor tunggal putri dan Tim Uber Indonesia. Selama 8 tahun melatih, .
"Ibu Liang pernah melatih saya saat saya masih menjadi pemain dan mampu membawa saya menjadi juara di Olimpiade dan juara dunia. Saya sempat berdiskusi dengannya dan mengatakan bahwa mengapa pola latihan dasar tidak diberikan saat ini, seperti latihan fisik yang lebih keras kelenturan, kecepatan dan stamina. Ibu Liang ternyata merespon obrolan kami tersebut dan kembaili menerapkan pola latihan basik kembali kepada para pemain pelatnas . Dia juga menerapkan latihan yang sama saat ini kepada atlet pelatnas seperti yang dia berikan kepada saya dulu," ujar Susi Susanti.
Dengan keyakinan yang kuat Liang Chiu Sia selalu menekan kan pada para pemain Putri Indonesia tidak ada yang tidak bisa di kalahkan dalam olahraga bulutangkis dari manapun asal nya.Ketekunan berlatih dan semangat tinggi serta percaya diri bersikap optimis adalah cara yang di lakukan untuk mendapatkan prestasi.
Keputusan PBSI dibawah Ketua Umum Gita Wirawan untuk mengembalikan pelatih ke tangan Liang Chiu Sia sebagai pelatih kepala tungal putri cukup menaruh harapan. Terlihat dari hasil yang sudah dirasakan oleh Tunggal Putri Muda Indonesia yang bernama Lindaweni Fanetri di Kejuaraan All England 2013 ini ,menjadi satu satunya tunggal putri Indonesia yang tersisa. Pebulu tangkis yang akrab disapa Liwen ini meneruskan catatan positifnya dengan melaju ke babak perempat final. Liwen sukses menjinakkan pemain Thailand Porntip Buranaprasertsuk.
Sebelum nya pada babak pertama Lindaweni berhasil secara mengejutkan mampu mengalahkan unggulan ketiga asal China Wang Yihan,ini adalah sebuah prestasi dari anak didik Liang Chiu Sia yang tidak henti hentinya memberi dukungan semangat dan rasa percaya diri kepada Lindaweni. Liang Chiu Sia mengatakan berulang kali bahwa Lindaweni bisa menang dari Yihan. Pemain China adalah pemain bagus, tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan asalkan kita yang mengendalikan dan mengatur permainan.
Hasil nya memang seperti apa yang di kehendaki, permainan Lindaweni terlihat berkembang dan sangat disiplin sekali menjalankan instruksi pelatih yang menganggap Lindaweni adalah pemain yang ulet, ia bisa menjalankan taktik yang benar. Dia juga bisa menahan Yihan yang ingin bermain cepat. Selain itu, Linda juga banyak memberi bola yang tidak mengenakkan posisi Yihan, jadi saya tidak kaget dia bisa menang.
Dengan keyakinan yang kuat Liang Chiu Sia selalu menekan kan pada para pemain Putri Indonesia tidak ada yang tidak bisa di kalahkan dalam olahraga bulutangkis dari manapun asal nya.Ketekunan berlatih dan semangat tinggi serta percaya diri bersikap optimis adalah cara yang di lakukan untuk mendapatkan prestasi.
Setiap pemain bulutangkis Indonesia harus berpikir dan bertekad ; kita juga bisa meruntuhkan tembok Bulutangkis China dengan 'senjata' dan strategi 'perang' yang benar.
Manly Villa