Saya mendongak ke tingkap penutup langit-langit, mata langsung bertemu interior yang unik. Saya mengenali deretan kayu bongkaran yang tertempel ketat dengan penuh warna. Panel-panel yang berukuran layaknya pembuka ruangan terlihat kokoh walaupun sekilas tampak melayang. Iya, puluhan daun pintu kayu berpelitur mengucapkan selamat sarapan pada saya. Saya kemudian teringat pada rumah Joglo nenek yang masih bersisa beberapa bagian saja, termasuk daun pintu. Sedikit berbeda pada beberapa ukiran dan warna semata memang namun senada dalam keunikan. Bahan utama kayu lawasan dengan pola serat kayu juga menjadi penghubung tentunya.
KEMBALI KE ARTIKEL