Fenomena ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Kurangnya Pemahaman tentang Akreditasi dan Sistem Pendidikan Alternatif
Banyak masyarakat yang menganggap gelar dari kampus yang tidak terdaftar di lembaga nasional sebagai tidak sah atau tidak berkualitas. Mereka mungkin belum memahami bahwa di dunia pendidikan ada berbagai bentuk akreditasi dan pengakuan yang diakui secara internasional, bahkan di luar sistem Dikti atau kementerian pendidikan suatu negara.
2. Pengaruh Media dan Stereotip Sosial
Media dan pemberitaan sering kali membentuk persepsi publik. Kampus atau gelar yang di luar arus utama (seperti kampus online atau kampus dengan akreditasi internasional) sering dilabeli sebagai "abal-abal" atau kurang kredibel. Stigma ini sering kali diperparah oleh berita-berita yang hanya menyoroti aspek negatif tanpa melihat sisi positif atau kualitas akademiknya.
3. Minimnya Informasi tentang Kualifikasi Internasional
Sebagian besar masyarakat hanya memahami kualifikasi yang dikeluarkan oleh sistem pendidikan nasional. Padahal, ada banyak lembaga internasional yang diakui di berbagai negara, tetapi tidak tercakup dalam kerangka pengawasan nasional. Gelar-gelar ini, meskipun sah secara internasional, kadang dianggap meragukan jika tidak sejalan dengan persepsi lokal.
4. Kurangnya Kepercayaan terhadap Pendidikan Online atau Non-tradisional
Â
Pendidikan online atau pendidikan yang tidak berpusat di kampus fisik sering kali dianggap kurang kredibel, padahal di era digital saat ini banyak kampus bereputasi yang menyediakan program online. Masyarakat kadang menilai kualitas pendidikan hanya dari keberadaan fisik kampus, tanpa mempertimbangkan efektivitas metode pembelajarannya.
5. Budaya Pendidikan yang Terpusat pada Sertifikasi Resmi
Di banyak negara, termasuk Indonesia, masyarakat sering menilai seseorang dari "label" formal seperti nama kampus dan gelarnya. Sering kali, kualitas seseorang diukur dari seberapa dikenal kampusnya, bukan pada kompetensi atau kontribusi nyata individu tersebut.
6. Kurangnya Pengetahuan tentang Akreditasi Internasional
Ada banyak lembaga akreditasi internasional yang memiliki standar pendidikan tinggi dan sudah diakui oleh lembaga internasional. Namun, masyarakat sering kali tidak memahami peran lembaga-lembaga ini dalam menjamin kualitas pendidikan. Ketidaktahuan ini kadang membuat mereka langsung menganggap gelar asing atau alternatif sebagai tidak sah.
Penting bagi masyarakat untuk lebih memahami berbagai jalur pendidikan yang sah dan beragam, termasuk lembaga-lembaga yang diakui secara internasional. Sebaliknya, lembaga pendidikan yang bergerak di luar arus utama perlu menyosialisasikan informasi mengenai kualitas, akreditasi, dan metode pendidikannya. Dengan begitu, persepsi negatif terhadap gelar atau kampus tertentu bisa berkurang, dan masyarakat bisa menilai kualitas lulusan berdasarkan kemampuan, prestasi, dan kontribusi nyata mereka, bukan sekadar "label" kampus atau jenis gelar yang diperoleh.
Sementara itu, CEO UIPM Indonesia Rantastia Nur Alangan menanggapi hal itu, "Kualitas seseorang ditentukan oleh Budi pekerti. Cinta kasih. Bukan suatu gelar dari univetsitas diakui Dikti, " ujarnya Selasa (12/11/2024).
Â
Ia menambahkan, "Sebab justru lulusan universitas dalam sepanjang sejarah pergantian Presiden selalu ada korupsi dari pejabat tinggi yang lulusan dari universitas diakui Dikti. Sebab Korupsi adalah sumber kehancuran sebuah negara, " imbuhnya.***
Sumber: RNA.