Pikiranku kembali menelisik peristiwa 21 tahun silam, yang membawaku menempuh jalur hidup yang seperti ini. Melintasi ratusan meter perjalanan menuju suatu tempat yang berkoral dengan ketinggian gugus tanah suburnya hanya mencapai 20 sentimeter dari landasan koral yang meremukkan kehidupan.
Ya seorang anak transmigran yang berhasil menyandang predikat terpelajar dalam dunia, entah dialam lain dimana Yang Maha Kuasa telah menggariskan hidup ini.
24 oktober 1991, adalah awal dari semuanya. Gunung lokon dengan kawah tompaluannya berhasil mengagetkan ribuan warga yang bermukim disekitarnya. Akupun ikut dalam iring-iringan tumpukan manusia yang tidak beralaskaki melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Rintihannya yang tidak pernah berhenti, terus menggores hati daan jiwa insan yang takut dan berserah dengan segala resiko. Sungguh permainan alam yang bukan disengaja.
Teriakan kata Tuhan selalu menjadi senandung pagi, mengisi kekosongan waktu yang tidak pernah kompromi. Tangisan ratusan anak kecil, terus mewarnai alam sadar manusia yang penuh dosa. Seandainya rasa itu bisa hilang, dihanyutkan oleh lahar dingin yang menghujam keras dari kawah tompaluan, menuju rona tanah yang berbatas air? Huuft itu adalah rangkaian indah dari keperkasaan sahabat lamaku, lokon.
Jika hingga hari ini aku masih mendengar dan menyaksikan keperkasaanmu, mungkin saja engkau coba mengingatkanku, betapa hidup ini terus berputar. Terkadang aku harus diam dan tidak berdaya. Namun dengan bergulirnya waktu, aku terus berupaya mengumpulkan energi yang tersisa untuk menunjukkan lagi keperkasaanku. Mengguncang bumi ini, hanya dengan setitik energi yang Tuhan berikan dalam dirilku. Apabila suatu saat engkau melupakanku, ingatlah dia dan kebesarannya, yang selalu megah diantara pegunungan itu...
"Terbagunku dari tidurku- kudedikasikan buat dia, 24 oktober)