Semburat jingga di ufuk barat terlukis indah diiringi senandung muadzin yang memanggil jiwa-jiwa untuk bersimpuh pada Sang Pencipta. Sayup-sayup senandung muadzin itu hinggap pula di telinga Nek Munah yang masih berjalan menggendong kayu. Beberapa meter lagi ia sampai di rumah petak dari anyaman bambu yang dihuninya seorang diri.
KEMBALI KE ARTIKEL