Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Hampir

21 Desember 2011   16:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56 75 0
Hampir ...,

Hampir pagi, namun belum pagi. Sudah bangun, tapi tak berarti hampir bangun. Benar-benar bangun. Adalah Dia yang benar-benar bangun dan hampir pagi.

Jikalau saja ada kata yang tersisa dari kesuksesannya dahulu, tentulah hanya kata PENYESALAN yang tertinggal. Tertinggal untuk diratapi, dikenang, dan kembali lagi untuk diratapi. Tatapannya kini pun tak lagi seperti optimisme kala masa pengangkatannya dulu jadi pegawai kelas menengah. Saat mencoba ingin membohongi dirinya sendiri, bahwasanya Dia masih terangkat hingga kini, hanya desah kelu "huh..." yang keluar dari mulutnya.

--------=360 derajat berlawanan jarum jam=-------

"Kejujuran tak akan mungkin bisa bertahan" demikian Teman Dekat berkata ketus terhadap sikap kejujuran saat mendengar rangkaian curhat dari Dia yang baru saja terdepak dari Kantor Institusinya sendiri.

"Tak bertahan memang, tapi setidaknya kejujuran adalah hal yang benar untuk dilakukan. Itulah identitasku!" pembelaan Dia kala itu mendengar ketus Teman Dekat.

"Tentu kau tak akan bertahan lama untuk bisa bertahan hidup. Identitas membawamu cepat akan kata PENYESALAN dikemudian hari!!!@$#%$^#%^%#&$@!!!!!" Teman Dekat menunjukkan kekesalan dan lantas berlalu dengan raut kesal. Pergi begitu saja.

"Karena memang aku hidup tak hanya sekadar untuk bertahan hidup". Sebuah kalimat yang tertahan dalam hatinya, sambil menyaksikan Teman Dekat pergi meninggalkannya. Sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun