Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Menjelajahi Kegelapan Goa Di Pangandaran.

13 Maret 2011   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 3050 2

Perjalanan kali ini bukan hanya melihat keindahan pantai Pangandaran saja, melainkan berkunjung ke sebuah cagar alam. Mungkin bagi sebagian orang yang pernah berlibur ke Pangandaran, pernah mendengar ataupun mengetahui ada sebuah cagar alam disini. Nah, saya bersama teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Jelajah Budaya ingin melihat , merasakan dan menjelajahi suasana seperti apa sih ketika berada di cagar alam yang memang masih hutan.

  1. “Mengangkat kedua tangan ketika ada kera yang datang menghampiri. Mereka akan mengerti kalau pengunjung tidak membawa makanan.”.
  2. “Tidak menenteng plastik berisi makanan yang dapat terlihat oleh kera , lebih baik disembunyikan di dalam kantong/saku. Karena kera-kera tersebut akan mengambilnya”
  3. “Jika kera tersebut menggigit , maka digigit balik?”

Sesampainya disebuah tempat yang terdapat papan informasi tentang cagar alam ini, mulai deh si pemandu memberitahukan isi cagar alam. Ternyata di dalam cagar alam terdapat beberapa goa yang masih alami ,lalu ada air terjun dan bunga Rafflesiajuga ada di sini Bahkan petualangan yang lebih ekstrim juga ada! Karena waktu yang terbatas karena harus melewati trekking yang panjang dan melelahkan , maka cukuplah kami menjelajahi goa-goa yang terdapat di cagar alam ini. Oh ya, karena ketika menjelajahi goa , tempatnya pasti gelap dan membutuhkan cahaya sebagai penerang jalan.Bagi yang tidak membawa senter, bisa menyewa dengan harga RP 5.000 per senter. Kalau mau gratis lebih baik bawa sendiri.

Ada yang unik lainnya, yakni ketika sampai sampai dimulut goa yang terakhir yang merupakan pintu keluarnya. Ada sebuah tangga yang terbuat dari akar-akar pohon yang merambat. Satu persatu kami menaiki tangga tersebut lalu keluar melalui sebuah celah yang kecil diantara akar pohon. Lebar celah itu cukup dilalui satu orang saja. Waah, baru goapertama saja sudah seperti ini apalagi selanjutnya, serasa caving kembali!

Tidak jauh dari pohon tersebut, dikenalkan juga sebuah situs peninggalan Kerajaan Pangandaran. Ada sebuah batu yang berbentuk seperti anak sapi yang sedang duduk. Batu itu dinamakan Batu Kalde. Dihadapannya ada juga sepasang batu yang lain yang dinamakan Linggayoni. Lingga untuk sebutan laki-laki dan Yoni untuk sebutan wanita. Disebelah batu kalde yang dipagari oleh kayu ini , terdapat sebuah makam bernisan batu. Dugaan pemandunya makam tersebut hanya makam simbol dari penguasa Kerajaan Pangandaran yang beragama Hindu yang telah masuk Islam. Diketahuinya dari cara orang tersebut dikubur di dalam tanah.

Keunikan yang pertama yang dilihat dari Gua Parat ketika sudah berada di dalam adalah sebuah batu yang berbentuk unta yang sedang duduk dan dibelakangnya terdapat batuan seperti yang ada di gua panggung akan berkilauan ketika diberi cahaya. Namun sayang , hanya sebagia saja yang mengkilapkarena sudah tersentuh telapak tangan para pengunjung, sehingga memudarkan kilauan cahayanya. Keunikan kedua adalah sebuah batu yang membentuk lubang yang besar. Lubang yang sebesar pot bunga tersebut terbentuk karena terlalu sering ditetesi air dari masuk kedalam goa. Sekian lama akhirnya membentuk cekungan yang lebar seperti itu.

Keunikan yang keempat masih di dalam Gua Pahat ini yakni sebuah batuan yang menggantung menyerupai sebuahpangkal paha ayam dan keunikan yang kelima adalah sebuah batu yang dapat mengeluarkan bunyi gong ketika dipukul sehingga disebut Batu Gamelan. Selain bebatuan yang unik di dalam goa, juga masih terdapat keluarga hewan landak yang tinggal dibawah celah batuan goa dan puluhan ekor kelelawar yang bergantungan di langit-langit goa. Ketika cahaya senter saya arahkan keatas, banyak sekali kelelawar hitam bergantungan memenuhi langit goa. Saya sungguh terpana dengan keunikan dari isi Goa Parat ini. Siapa saja yang melihat pasti sungguh tertarik!

Sebenarnya masih banyak yang ingin dijelajahi dari semua yang ditawarkan oleh cagar alam Pangandaran , namun belum dapat kami lakukan. Setidaknya ada kenangan yang dapat dibawa setelah menyusuri , melihat dan mengenal setiap kegelapan dan isi goa dan situs peninggalan Kerajaan Pangadaran. Mungkin di lain hari ada cerita lain dari tanah Pangandaran.

Pangandaran, 06 Maret 2011

Veronica Setiawati

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun