Sudah selama bertahun2 klub Indonesia dikelola atas dasar ikatan pertemanan, saudara dan ikatan informal ala patron klien yang kadang punya logikanya sendiri. misalnya kepala daerah tahu2 bisa jadi pengurus. padahal si bos ini belum tentu gila bola. hanya karena jabatannya dianggap bisa memuluskan ijin pertandingan, minta sponsor dkk. namun bukan berarti oknum semacam, ini tidak cerdas. gelontoran uang bagi klub tercinta sejatinya adalah sesuatu yang bermasalah. terutama saat APBD masih dipakai. Bagaimana mungkin klub yang dikelola dengan baik kasnya selalu kosong di akhir musim???? lari kemana gaji pemain yang masih tertunggak??? Apa kabar stadion dan fasilitas latihan untuk latihanKlub??? semuanya tidak jelas. Semua ini karena klub di Indonesia masih dikelola secara amatir. Tidak ada kepemilikan saham yang jelas dan transparan. kalau sudah begini, pemilik klub sepakbola akhirnya jadi anonim dan normatif. Klub X adalah milik rakyat X yang kebetulan dipimpin si X.