Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cinta dalam Diam

15 Januari 2021   16:23 Diperbarui: 15 Januari 2021   16:37 287 9
Cinta dalam Diam
Oleh: Vera Syukriana,S.Pd

Lelaki putih dan berbadan tinggi itu mengalihkan pandangan semua wanita. Hidungnya mancung menambah ketampanannya.

Selain ganteng, dia juga baik dan soleh. Wanita mana yang tidak tertarik dengannya?

Setiap kegiatannya, selalu menarik perhatian semua kaum hawa. Senyum manisnya sangat memikat hati.

Sudah banyak yang mengungkapkan cinta, tapi tidak diterimanya. Kekuatan imannya membuat dia tidak pedulikan cinta pada lawan jenisnya.

Dia hanya belajar, bermain basket, dan ikut organisasi bidang dakwah di sekolah. Kesibukkannya inilah yang membuat dia tidak memikirkan wanita di hatinya.

Lelaki itu bernama Smitt. Anak pertama dari lima bersaudara. Dia memiliki 4 saudara perempuan.

Dia sebagai panutan semua saudaranya. Dan pelindung bagi keluarganya.

Sebagai anak pertama dan anak laki-laki satu-satunya, dia harus lebih baik. Apalagi ayahnya telah meninggal. Dia pengganti ayah bagi adek-adeknya.

Kebetulan Annisa adek pertama Smitt membawa teman ke rumah. Almeera namanya. Wanita solehah yang tinggal di panti asuhan. Almeera anak yatim piatu.

Sejak umur 5 tahun, Ameera menjadi anak yatim piatu. Tragedi kecelakaan itu, membuat Ameera trauma sampai sekarang. Karena Ameera berada pada peristiwa itu.

Saat itu, Ameera pergi ke rumah omanya. Diperjalanan, mobilnya ditabrak mobil truk karena remnya blong. Ameera dan orang tuanya terjun ke jurang yang sangat dalam.

Ameera masih merasakan dan suara kepanikan orang tuanya masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Peristiwa itu nemisahkan d]a dengan kedua orang tuanya.

Ayah dan ibunya meninggal di tempat. Ameera selamat dan dilarikan ke rumah sakit.

Setelah itu, Ameera dijadikan anak angkat oleh seorang perawat tidak beranak. Perawat ini sangat menyayanginya, begitu juga dengan suaminya.

Sekarang Ameera sudah kelas satu SMA. Dia sekelas dengan Annisa adeknya Smitt.

Dia sering belajar kelompok di rumah Annisa. Ameera pun sering mengajak Annisa ke rumah. Mereka sahabat sejak SMP.

Suatu ketika, ayah angkat Ameera di PHK. Ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Sekarang, ibulah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Ameera merasa kasihan kepada orang tuanya. Dia prihatin dengan kondisi keluarga. Sehingga dia berinisiatif untuk mencari pekerjaan.

Ameera telah mengajukan lamaran kerja diberbagai tempat. Namun, tidak mendapatkan hasil. Dikarenakn jadwal kerjanya bersamaan dengan jadwal sekolah. Ameera tidak mungkin mengorbankan sekolahnya untuk bekerja.

"Annisa, apa kamu ada melihat dan mendengar orang yang butuh tenaga kerja?" tanya Ameera sambil duduk santai di teras rumah Annisa.

"Hmm..belum ada Ameera", jawab Annisa.

Mereka saling berpandangan dan berpikir. Tiba-tiba Annisa menyebut nana Kak Smitt.

"Ahaa....sepertinya Kak Smitt bisa membantu kita Ameera!" tukas Annisa sambil tersenyum penuh harap.

Tak lama kemudian Kak Smitt datang. Dia memakai baju koko dan peci hitam dengan sajadah selalu teruntai dibahunya.

"Kak, apa ada mendengarkan lowongan pekerjaan?" tanya Nisa sambil menyeret kakaknya duduk bersama.

Smitt menyeringitkan keningnya dan seperti memikirkan sesuatu. Suasana terasa hening.

"Annisa mau kerja?" Smitt mengangkat dagu adeknya memandang penyh kasih sayang.

"Tidak Kak. Ameera yang membutuhkan ini. Ameera ingin bekerja membantu orang tuanya", jawan Annisa.

Smitt hanya mengangguk-angguk dan sepertinya dia merasa kagum pada anak yatim piatu yang malang ini. Sesekali dia memandang Ameera sambil tersenyum.

Permintaan Annisa membuat Smitt berpikir. Dia merasa Ameera lagi butuh bantuannya.Sepanjang malam, dia membayangkan wajah Ameera.

Keesokkan harinya, seperti biasa Smitt sholat berjamaah ke mesjid di ujung rumahnya. Sepankang jalan, pandangannya tak pernah alfa melirik ke sisi kiri dan kanan. Dia berharap ada lowongan pekerjaan untuk Ameera.

Sepulang sholat, pandangannya terhenti di satu tempat. Ada tulisan yang menggoda pandangannya.

'Di sini butuh karyawan mini market, kerja shift'. Membaca informasi ini, Smitt segera pulang.

"Annisa, Alhamdulillah Kakak melihat ada lowongan kerja untuk Ameera", kata Smitt penuh semangat.

Annisa memeluk kakaknya dan segera berlari menuju rumah temannya.

"Ameera...Ameera..kamu di mana? Kakak sudah dapatkan  yang kita cari kemaren", teriak Annisa sangat kencang.

"Ssst",Ameera mengangkat jari telunjuknya menuju bibirnya Annisa.

"Annisa, jangan kencang-kencang. Aku tidak mau Ayah mengetahuinya", bisik Ameera ke telinga Annisa.

Ameera tidak mau ayahnya mendengar pembicaraan mereka. Annisa sangat senang ada lowongan kerja untuknya.

Annisa dan Ameera akan mendatangi lokasi sepulang sekolah. Mereka tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi.

"Teng, teng, teng". Terdengar suara bel dari ruang guru. Mereka saling berpandangan dan saling berpegangan tangan berlari keluar kelas.

Dengan semangat, mereka menuju lokasi yang diberikan Kakak. Ameera sangat bahagia dengan inforamasi dari Kakak.

"Annisa, sebentar lagi aku bekerja. Aku ingin bantu Ibu", kata Ameera.

Setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai. Ameera melihat tulisan informasi lowongan kerja masih tertemlel di kaca mini market. Artinya,  tempat ini masih butuh karyawan.

"Permisi Buk, saya Annisa. Apa benar di sini butuh karyawan?" tanya Annisa pada kasir mini market.

"Benar, Dek. Silahkan masuk ke ruangan itu dan temui Bu Sumi pemilik tempat ini", jawab kasir sambil menunjuk ruangan juragannya.

Ameera menuju ruangan. Ameera menyampaikan niat baiknya. Setelah banyak berbincang-bincang dengan Bu Sumi, Ameera keluar dan menemui temannya yang duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruangan Bu Sumi.

Melihat senyum manis Ameera, Annisa yakin temannya diterima kerja. Ternyata benar, Ameera diterima dan besok sudah mulai kerja.

Annisa memeluk Ameera dan tidak lupa mengucap selamat atas semua ini. Ameera pun datang ke rumah Annisa untuk berterima kasih pada kakak.

Hari demi hari telah di jalani Annisa. Dia sekolah sambil bekerja. Sepulang sekolah dia msuk kerja dan pulang setelah Isya.

Smitt sering menemani adeknya menjemput Ameera. Annisa membantu temannya dengan menemani Ameera pulang kerja karena rumah merek satu arah.

Malam itu, Annisa banyak tugas. Jadi, dia tidak bisa jemput Ameera. Smitt sudah bersiap menjemput Ameera. Kesibukkan adeknya membuat Smiit harus pergi sendiri.

Smitt sydah menganggap Annisa seperti adek kandungnya. Berbeda dengan Ameera. Kebaikan Smitt menambah rasa special yang selama ini tersimpan di dalam hati Ameera.

Annisa selalu deg degan kalau berjalan dengan Smitt. Smitt biasa saja dan banyak diam. Smiit orang yang sangat pendiam dan akan bicara jika perlu saja.

Tibalah, Ameera menerima gaji setelah sebulan bejerja. Ameera membeli peci untuk Smitt. Sebelum dimasukkan ke kotak kado, Ameera memberi parfum yang biasa dipakainya.

Paginya, Ameera menjemput Annisa. Seperti biasa, mereka selalu bersama ke sekolah. Sebelumnya, Ameera ingin memberikan kado cantik spesial untuk Smitt.

"Annisa, Kak Smitt kok tidak kelihatan?" tanya Ammeera sambil celengak celengok kiri kanan mencari Kak Smitt.

"Oo..Kakak sudah duluan pergi karena kelasnya masuk cepat hari ini", jawab Annisa merangkul Ameera dan mengajak berangkat ke sekolah.

Ameera tidak jadi mengeluarkan kado itu. Di sekolah, Ameera mencari-cari Kak Smitt. Ameera menemui Kak Smitt di perpustakaan.

Dia melihat laki-laki special di hatinya sedang membaca buku dan menulis di meja bulat di ruangan pustaka. Ameera mendekati Smitt.

"Kak, aku semalam terima gaji. Ini untuk Kakak sebagai tanda terima kasih karena aku kerja berkat Kakak", Ameera mengeluarkan kado terindahnya.

Smitt menolak dan tidak mau menerima pemberian Ameera.

"Maaf Ameera, Kakak tidak bisa menerima. Jangan repot-repot memberikan ini. Ameera butuh uang untuk bantu ibu. Jadi, simpanlah gajinya untuk kebutuhan keluarga. O, ya. Perlu diingat bahwa Ameera kerja atas izin Allah bukan karena Kakak. Berterima kasihlah kepada Allah dengan banyak bersyukur ", jawab Smitt dengan bijak.

Ameera tersiou malu. Tapi Ameera tetap memaksa Smitt menerimanya. Dengan terpaksa Smitt menerima. Bunyi bel masuk memisahkan mereka.

Ameera sangat bahagia, hadiahnya diterina Smitt. Ameera semakin kagum pada Smitt. Ketaatan Smitt menambah rasa cintanya.

Semakin hari Ameera makin mendekati Smitt. Dia tidak pernah mengatakan rasa ini pada siapa pun. Dia menyimpn semua rasa yang membara di hatinya.

Setiap bulan dia memberikan hadiah untuk Kak Smitt. Kadangkala, dia mentraktir Annisa dan Smitt makan bakso di pinggir jalan.

Sikap Annisa terlihat beda kalau disamping Smitt. Akan tetapi, Smitt tetap tidak merasakan Ameera spesial. Bagi Smitt, Ameera adalah teman adeknya. Ameera sudah dianggap adek kandungnya.

Hingga, pada siang itu Ameera melihat Smitt duduk berdua di kantin. Perempuan berhijab syar'i dan berwajah manis membuat Ameera cemburu. Ameera sengaja mendekati Smitt dengan maksud mengganggu kebersamaan mereka.

"Hai, Kakak. Nanti malam jemput aku lagi ya", ucap Ameera seakan-akan memancing kecemburuan wanita yng ada dihadapan Smitt.

"InsyaAllah ya, dek. Perkenalkan, ini
Ameera. Dia teman dekat Annisa dan sudahku anggap seperti adekku", kata Smitt memandang perempuan solehah itu.

Perempuan itu menjulurkan tangannya dan berkenalan dengan Ameera.

"Saya Aisyah, teman dekat Smitt. Salam kenal ya dek", kata Aisyah.

Ameera merasa cemburu melihat kebersamaan Smitt dengan Aisyah. Ameera berlari menuju kelas.

Ameera menjauh dari Annisa. Dia tidak mau ketemu dengan Smitt. Dia selalu menghindar dari Smitt.

Sikapnya tidak dipedulikan Smitt. Smitt tetap bersu'uzon. Mungkin Ameera sibuk dan sedang banyak kerja.

Namun, Annisa merasa ada yang aneh dari perubahan sikap Ameera. Annisa bertanya-tany di dalam hatinya penyebab Ameera menjauh darinya.

Jam istirahat, Annisa mendekati Ameera. Annisa mencoba menyampaikan atas semua perubahan yang tampak dari sikap sahabatnya.

"Ameera, kenapa kamu menjauh dariku?", tanya Annisa sambil memegang tangan sahabatnya.

Ameera merundukkan kepalanya sambil meremas-remas ujung jilbabnya. Ameera memeluk Annisa dan menangis.

Annisa kaget dan belum memahami penyebab sahabatnya menangis. Annisa mencoba menenangkan Ameera.

"Kamu ada masalah dengan ayah dan ibu? Kenapa beberap hari ini kamu menjuah dariku", tanya Annisa.

"Sebenarnya..."

"Sebenarnya apa Ameera? Tolong sampaikan pdku. Sebagai sahabat, aku siap mendengarkan curhatanmu", kata Nisa sambil mengusap punggung Ameera.

"Sebenarnya, aku cinta sama Kak Smitt", jawab Ameera menangis dipelukkan Annisa.

"What? Cinta Kak Smitt", teriak Annisa kaget.

"Jangan kuat-kuat", Ameera melotot dan menutup mulutnya Annisa.

Ameera menjelaskan rasa cintanya yang sudah lama dipendam pada Kak Smitt. Dia sangat mencintai Kakak. Kakak orang yang baik dan soleh.

Annisa mencoba menenangkan Ameera. Annisa menyampaikan kalau mereka sahabatan sejak SMP. Mereka sudah seperti saudara kandung dan Kak Smitt pun anggap itu juga. Jadi, tidak mungkin Kakak menerima cinta Ameera.

Ameera terdiam. Ameera merasa malu. Ameera sudah salah menanggapi semua kebaikan Kakak.

Ameera meminta Annisa untuk merahasiakan rasa cintanya ini. Biarkanlah rasa ibi hilang seiring berjalnnya waktu. Karena semua ini tidak ada gunanya seandainya dia memberitau Kak Smitt.

Annisa berjanji merahasiakan ini. Mereka kembali berpelukkan. Bel masuk pun berbunyi menandakan mereka harus belajar kembali. Ameera harus berjuang melawan rasa cinta ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun