Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Menyapa Indahnya Danau Toba, Mewujudkan Impian Ayah Bersama Avanza

3 Januari 2014   06:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 589 24

“Setiap orang pasti mempunyai impian, sebuah cita-cita dan harapan yang ingin sekali ia raih. Banyak orang yang sukses menggapai impian dan banyak pula yang gagal karena berbagai alasan. Namun kadang kala mimpi itu dapat terwujud tanpa disangka-sangka, yang hadir seperti sebuah mukjizat. Impian yang ditanam dengan tulus di dalam hati ibarat doa yang tak pernah terputus...dan Tuhan akan menjawabnya”

Beberapa hari menjelang Natal secara tidak terduga Ayah dan Ibu mengabarkan keinginannya untuk datang ke Medan. Tujuan utamanya adalah menengok cucu sekaligus merayakan Natal bersama. Sejak anak pertama lahir sampai anak kedua hampir berumur 4 tahun belum sekalipun mereka melihat secara langsung Latanya dan Francis. Selama ini hanya berkomunikasi lewat telpon dan kadang kala memanfaatkan video call yang terbatas interaksinya.

Setelah menempuh perjalanan darat selama hampir 36 jam dari Palembang dengan menggunakan bis, sampailah Ayah dan Ibu di Medan pada Rabu (25/12/2013) dini hari. Walau masih terlihat lelah namun Ayah dan Ibu tetap berkeinginan untuk mengikuti Misa Natal pada pagi harinya. Sungguh tampak kebahagiaan dari raut Ayah dan Ibu yang akhirnya bisa berkumpul pada momen Natal dengan anak serta cucu-cucu yang mereka cintai. Latanya dan Francis sendiri tidak kalah gembiranya dapat bertemu langsung dengan Embah ‘kung dan Embah ‘ti mereka.

Bagi saya berkumpulnya anak-anak dengan Eyang mereka untuk pertama kalinya itu adalah peristiwa yang luar biasa. Boleh dikatakan sebagai kado Natal terindah bagi keluarga saya. Saya kemudian berembuk dengan istri bagaimana cara membalas kebaikan Ayah dan Ibu yang sudah rela ‘mengalah’ datang ke Medan. Kami ingin membuat kehadiran mereka di Medan menjadi lebih berkesan.

Akhirnya muncul gagasan untuk membawa Ayah dan Ibu melihat Danau Toba. Saya teringat, Ayah yang dulunya adalah guru ilmu-ilmu sosial itu (salah satunya Geografi), pernah mengutarakan keinginannya untuk bisa melihat langsung Danau Toba. Ia suka memandangi gambar pemandangan Danau Toba yang ada di Kalender. Sebagai seorang guru Geografi, beliau paham sekali tentang Danau Toba dan juga Sumatera Utara. Bahkan pernah, gambar pemandangan Danau Toba yang ada di agenda, beliau gunting lalu diselipkan dibawah kaca meja kerja.

Selama ini mungkin beliau memahami bahwa mengunjungi Danau Toba itu selamanya akan tetap jadi mimpi. Mana cukup gaji seorang guru biasa dapat membawanya ke sana, dan memang sampai beliau pensiun pun niat itu tetap tak pernah kesampaian.

Pada April nanti Ayah akan genap berusia 75 tahun, yang secara umum bisa disebut sudah memasuki usia senja. Di sisa hidupnya ia lebih banyak mengabdi pada kegiatan pelayanan sosial dan religi. Hasratnya untuk bisa menyaksikan keindahan Danau Toba sepertinya menjadi sekedar mimpi kosong yang hanya akan dibawa hingga akhir hayat saja.

***

Akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Danau Toba pada tanggal 27 Desember. Destinasi kami bukan Parapat yang ada di Kabupaten Simalungun. Sebuah sebuah obyek wisata Danau Toba yang memang sudah terkenal itu. Namun kami memilih Tongging, sebuah daerah yang berada di sisi utara Danau Toba. Pertimbangan kami adalah pada musim liburan ini Parapat akan sangat ramai dan jaraknya juga lebih jauh dari Medan. Butuh waktu kurang lebih 5 jam dari Medan, belum lagi jika terkena macet. Kasihan juga jika Orangtua harus melakukan perjalanan jauh lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun