Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Mudahnya Bikin Film Indie

1 November 2012   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 2552 3
Memproduksi sebuah film independen (indie) dapat  dilakukan oleh siapa saja. Anda tidak harus sekolah sinematografi untuk dapat membuat film indie. Biaya produksinya pun dapat disesuaikan dengan dana yang ada.

Hal pertama yang harus dimiliki adalah ide. Ide adalah gagasan yang nantinya anda tuangkan ke dalam bentuk visual.
Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah skenario. Skenario yang baik akan menghasilkan film yang baik pula.

Ide cerita sebuah film indie dapat diambil dari pengamatan dan pengalaman sehari-hari. Dari sana dapat dibuat sebuah film dokumenter, semi dokumenter atau fiksi. Film fiksi sendiri dapat diadaptasi dari cerita-cerita pendek biasa. Jadi kita tidak perlu pusing terhadap ide.

Alat yang dapat digunakan pun beragam dari ponsel berkamera sampai kamera profesional. Untuk peralatan standar bisa kita pakai handycam karena alat ini mudah dioperasionalkan dan kualitas gambar cukup baik. Sebuah tripod rasanya perlu untuk menghasilkan gambar yang steady atau untuk melakukan gerakan ke samping (panning) atau gerakan kamera atas-bawah (tilting). Jika ada pengambilan gambar malam hari atau dalam ruangan tak ada salahnya kita sediakan lampu dan reflektor.

Tidak ada film tanpa aktor atau aktris kecuali film tentang flora dan fauna. Banyak orang merasa canggung bila berhadapan dengan kamera. Untuk mempermudah ada baiknya memakai jasa mereka yang biasa berkecimpung di dunia teater misalnya. Jika tidak kita mesti sabar mengarahkan pemain sesuai tuntutan skenario.

Demi mempermudah pembuatan film indie diperlukan sebuah tim dengan persiapan yang matang. Karena dengan persiapan yang baik dan detail akan mempermudah sehingga  proses produksi akan sesuai jadwal dan biaya tidak menjadi bengkak. Masing-masing crew bertanggungjawab pada bidangnya. Tetapi bagi kelompok pemula biasanya saling rangkap tugas.

Di sini Sebagai contoh kita ingin membuat sebuah film indie dengan ide cerita dari cerpen "Ritual Pamungkas Lastri dan Mbah Dukun Parmo." karya Venusgazer. Cukup diperlukan 2 pemain saja,laki-laki dan seorang wanita. Setting indoor, di ruang tamu dan kamar mbah dukun Parmo. Lalu properti di ruang tamu cukup meja kursi. Sedangkan pada kamar praktek disediakan meja kecil,pernak pernik perdukunan,tempat bakar kemenyan,tikar, lampu teplok, saos tomat untuk darah dan lain-lain.

Tiap scene diambil beberapa gambar (take) sampai dapat yang terbaik yang akan berguna saat proses editing dan jangan lupa semua itu dicatat. Di sini dituntut kesabaran dalam mengarahkan pemain. Jika dirasa  lelah segera lakukan break agar emosi terjaga. Membuat film indie harus enjoy dan fun.

Dalam membuat film tidak harus tiap detil dari cerpen tersebut kita visualisasikan. Sebuah Film adalah karya seni dimana dibutuhkan daya imaginasi dan kreativitas di dalamnya. Bila perlu lakukan improvisasi terhadap keterbatasan alat. Misalnya, jika tak punya Inilah yang menarik dan mengasyikan dalam pembuatan film indie.

Tahap berikutnya adalah editing. Saat ini editing dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Seperangkat komputer multimedia yang dilengkapi program audio dan video editing cukup untuk membantu kita dalam proses ini.Dari sekian banyak shot yang diambil kita pilih yang terbaik. Kita susun dengan rapi potongan-potongan gambar agar menjadi sebuah film yang utuh. Jangan lupa menyisipkan ilustrasi suara lainnya seperti musik atau efek suara khusus untuk menghidupkan film kita. Terakhir adalah pemberian opening dan credit title. Jadilah sudah film indie kita.
Sebuah film indie hendaknya tidak hanya sekedar sarana ekspresi semata melainkan mampu memberikan nilai moral positif terhadap penontonnya. Minimnya sarana dan rendahnya budget yang kita miliki bukan halangan untuk membuat film indie. Yang utama adalah niat dan semangat yang kuat untuk berkarya. Semakin sering memproduksi film indie semakin matanglah kita. Sutradara sekaliber Hanung Bramantyo dan Rudi Sujarwo pun awalnya berangkat dari film indie.

Selamat berkarya....
referensi: tabloid WanitaIndonesia edisi 1105 (7 Maret 2011)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun