Belajarlah dari Hidup

Kehidupan adalah Guru Sepanjang Jaman.  Seperti itulah pepatah yang pernah saya baca,tapi baca dimana lupa,heehehehe... Tapi setelah saya renungkan, memang benar adanya.  Segala teori dan praktik tentang pelajaran hidup ada di kehidupan itu sendiri.  Mungkin adanya teori karena ada kejadian sebelumnya ya?  Banyak hal yang saya pelajari di kehidupan ini.  Tapi saya yakin, ini pun belum seberapa.  Yang paling mendasar adalah kebaikan dan keburukan.  Tentang perilaku.  Tentang timbal balik.  Tentang yang menabur dan yang menuai.  Bermacam contoh dalam kehidupan yang saya alami, saya dengar, saya lihat.  Belum lama bapak sahabat saya meninggal.  Almarhum adalah seorang yang hebat.  Minimal buat sahabat saya.  Almarhum adalah seorang lelaki yang banyak berbuat baik untuk orang lain.  Seorang bapak yang sangat menyayangi anak-anaknya, dan mengabdikan diri untuk anak-anaknya sampai akhir hanyatnya.  Meskipun dalam masa hidupnya, almarhum pernah dianggap sebagai lelaki brengsek, karena sering jatuh cinta dengan perempuan.  Alhamdulillah hanya jatuh cinta, tidak neko-neko, tapi hal itupun sudah mampu membuat keluarga besar istrinya memberinya cap "Lelaki Brengsek" dan memberi sumpah serapah khas orang sakit hati.  Sepeninggal sang istri, keluarga istri pun masih enggan berbaik-baik dengan almarhum.  Tapi keadaan berbalik 180 derajat saat almarhum meninggal dunia.  Mereka seperti baru sadar, bahwa almarhum adalah seorang yang banyak berbuat amal kebaikan, dan apa yang dilakukan almarhum terhadap istrinya adalah bukan apa-apa.  Toh almarhum tidak pernah selingkuh.  RIbuan pelayat mengantarkan almarhum sampai di pemakaman, cukup sebagai bukti, bahwa almarhum adalah sosok yang menyenangkan buat teman-temannya.  Semoga Allah memberikan almarhum syurga yang indah di sisiNya....

Cerita lain tentang kehidupan adalah lelaki yang semasa hidupnya jarang sekali melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim.  Sholat setahun dua kali, puasa Ramadhan sering bolong.  Tapi kebaikan budi dan hatinya buat orang-orang sekelilingnya tidak pernah diragukan.  Dia sangat tulus membantu, sekuat tenaga, sangat ikhlas.  Dia tidak pernah menggunjingkan orang lain.  Selalu berpikir positif terhadap orang lain.  Selalu menghargai usaha orang lain...Jarang sekali mencela.  Tapi dia juga seorang lelaki biasa, yang juga melakukan pengkhianatan pada istrinya.  Tak berbilang berapa kali dia mengkhianati istrinya.  Mendidik anaknya dengan agak keras.  Tapi dia sangat mencintai keluarganya.  Berkali-kali istrinya meminta cerai, dia tidak mau...Sampai si istri menyerah, dan mendapat pencerahan, bahwa suaminya adalah amanah dan ujian, yang suatu saat nanti dia akan mendapat imbalan bila mampu melewati ujian, melayani suami brengsek macam itu.  Di masa tua mereka, Allah mengundang mereka sebagai tamuNya di Tanah Suci Makkah.  Berbagai ketakutan menyelimuti anak istrinya.  Karena banyak mitos, bahwa di tanah suci Allah akan membayar tunai setiap kelakuan manusia di bumi.  Terutama keburukan.  Mengingat keburukan lelaki itu amat sangat banyak, wajar apa yang dikhawatirkan anak dan istrinya.  Sepulang perjalanan suci itu, ada seorang anaknya bertanya, apakah dia mengalami kejadian aneh?  Lelaki itu menjawab tidak ada, dia tampak bahagia sekali, dia mengatakan kalau Allah memberi umur panjang dan rejeki, dia ingin sekali kembali ke sana.  Si istri juga menceritakan, betapa khusuk dan bahagianya si suami selama menunaikan ibadah suci itu.  Dan sekarang lelaki itu insyaallah menjadi Haji Mabrur.  Amin.  Mereka adalah orang tua saya.

Pelajaran kehidupan yang belum saya temukan jawabannya adalah tentang seorang perempuan yang bermulut ular.  Astagfirullah,,,semoga Allah mengampuni saya karena menyebut seorang manusia bermulut ular.  Tapi saya tidak pernah habis pikir merasakan kelakuan perempuan itu.  Kenapa saya repot-repot merasakan kelakuan perempuan itu?? Karena saya pernah kena semburan bisa ular itu.  Di depan saya kelakuan perempuan itu sangat bersahabat, suka memuji, tapi ternyata di belakang saya dia menikam saya.  Dan beberapa hari yang lalu, sahabat saya juga mengalami apa yang saya alami.  Saya hanya bepikir, apa ada yang salah dengan diri saya dan sahabat saya itu? Kok perempuan itu sebegitu bencinya dengan saya dan sahabat saya.  Seingat saya, insyaallah, saya tidak pernah menyakiti hatinya.  Kerjaan saya juga tidak berhubungan dengan dia.  Akhirnya saya menyerah, dan berpikir, mungkin seperti itulah karakter yang disematkan Allah untuk dipakainya.  Hanya saja saya menunggu-nunggu, apa makna dibalik semua kejadian ini.  Dan saya akan sabar menunggu, apa yang akan diperoleh perempuan itu dengan berperilaku seperti itu. Jujur, saya sakit hati pada perempuan itu.  Tapi saya memilih diam.  Saya pikir, kalau saya membalas perlakuan dia, apa bedanya saya dan dia?  Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk saya, sahabat saya, dan perempuan itu.

Pelajaran kehidupan secara garis besar menurut saya adalah:  Siapa Yang Menabur Dia Akan Menuai.  Sebesar biji zarah pun, semua kebaikan dan keburukan akan ada nilai dan balasnnya.  Tidak peduli manusia itu menyandang jabatan apa.  Tapi timbangan Allah jauh lebih adil daripada perhitungan manusia.  Dan manusia tidak akan sampai akal pikirannya untuk memahami timbangan Allah yang penuh makna kehidupan itu.  Wallahu a'lam...