Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Manusia adalah Tuhan Bagi Dirinya

17 Januari 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 1057 0
Sudah dua bulan lebih jari-jari penulis tidak menari di atas papan ketik.  Dalam rentang yang sama otak ini juga sudah lama tidak merasakan kebebasan berpikir, terjun di dalam lautan kata dan menjalin tiap tautan kalimat dengan benang titik juga koma.  Kemalasan yang akut ini terjadi lantaran tuhan yang ada di dalam diriku sedikit-demi sedikit tergerus oleh padatnya aktivitas.

tuhan di dalam diri? Tentu saja seseorang harus memiliki tuhan di dalam dirinya.  Bukan menjadikan dirinya tuhan tapi menciptakan tuhan di dalam dirinya.  Bukankah Marx pernah berkata bahwa tuhan hanya representasi dari alam pikiran seseorang, Plato pun merepresentasikan ide sebagai tuhan.

Sebelum berbicara bahwa tuhan merupakan representasi dari pikiran manusia maka saya akan membatasi pembicaraan pada kesempatan kali ini dengan dimanakah letak Sang Pencipta.  Dalam Surat Al-A’raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra’d: 2, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4 dan Al-Hadid: 4 disebutkan bahwa Sang Maha Pengasih ada di singgasananya yaitu di Arsy.  Dimanakah letak Arsy? Sebuah tempat yang tidak bisa ditembus oleh alam pikiran bahkan naluri manusia tapi beberapa kelompok meminta yang lain mengamini bahwa Sang Pengampun ada di Arsy.  Menurut mereka tidak perlu memikirkan di mana dan seperti apa.  Dan dalam Al Qur’an Surat 50 (Al Qaaf) Ayat 16 disebutkan bahwa Sang Pemberi Nikmat ada dekat dengan urat nadi ciptaan-Nya.

Alam pikiran dan kapabilitas penulis tidak berkompeten untuk menafsirkan ayat tersebut.  Rasanya kurangpas juga jika penulis membuat sebuah kesimpulan dari kedua premis tersebut.  Tapi penulis tetap memiliki hak perogratif untuk menuliskan tesis penulis.  Premis pertama: Sang Pencipta ada di Arsy, Premis kedua: Sang Pencipta lebih dekat dari pada urat nadi manusia, maka Tesisnya: Sang pencipta ada di Arsy yang lebih dekat dari pada urat nadi manusia.

Ada Tuhan yang dekat dengan manusia tapi karena kemampuan rasional dan perasaan manusia belum mampu mempertahankan kedekatannya dengan Sang Pencipta maka terkadang Arsy itu pergi menjauh.  Ketika tidak ada kontrol dalam diri manusia maka ada disharmonisasi dengan alam tempat manusia itu tinggal.  Dalam ajaran Taoisme seorang manusia diminta untuk mengusap embun atau debu di tempat yang baru diinjaknya, sebuah representasi dari kedekatan kepada alam.

Dalam kondisi seperti ini lah perlu adanya tuhan yang merupakan Tangan Kanan dari Tuhan yang asli.  tuhan yang dapat manusia bayangkan secara imaginer.  Bukan berarti mengesampingkan Sang Pembolak-Balik Hati, Sang Penyayang, dan Sang Pengampun.  Bukankah ada istilah Homo Homini Lupus-Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya-tentu tak aneh jika kemudian lahir istilah bahwa manusia adalah tuhan bagi dirinya dan orang lain.  Ingat bukan menuhankan diri sendiri.

tuhan imagi ini adalah sebuah kontrol.  Dengan memasukan sepersekian persen dari sifat-sifat yang dimiliki Sang Pemberi Rahmat kepada tuhan imagi ini maka manusia akan memiliki kontrol positiv atas tindakannya.  Efeknya adalah dia juga memberikan kebaika bagi lingkungannya.  Dengan tuhan imagi yang diciptakan manusia dia akan merasa bertanggung jawab terhadap apa yang diciptakannya.  Sedikit saja dia lengah maka apa yang diciptakannya akan hilang dan setan ciptaan manusia yang akan mengambil alih.

"Aku memanggil Tuhan dari dalam sisi gelapku"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun