Ok kembali ke Andrie Wongso, pria kelahiran Malang ini dilahirkan dengan segala keterbatasan namun itu semua tidak membuatnya menyerah. Keterbatasan tidak dilihatnya sebagai batu sandungan melainkan sebagai batu pijakan untuk melangkah kepada keadaan yang lebih baik. Masa kecilnya dilalui dengan berbagai keterbatasan finansial. Pada usia 22 tahun ia mencoba hijrah mengadu nasib dikota yang penuh persaingan bernama Jakarta, karena mendapat panggilan sebagai seorang salesman di sebuah perusahaan sabun. Ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang salesman untuk menyempatkan diri berlatih kungfu. Beladiri yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan, tanggungjawab, komitmen, perjuangan dan kemauan keras. Nilai-nilai luhur ini semakin membentuk jati diri Andrie Wongso. Disamping itu, ketegaran orang tua Andrie dalam menghadapi kemiskinan juga berperan besar dalam pembentukan karakter dirinya.
[caption id="attachment_127052" align="alignleft" width="150" caption="Jurus kungfu teranyar [google.com"]"][/caption]Ditengah maraknya film-film kungfu Hongkong di tahun 70-an Andrie Wongso berkeinginan untuk menjadi bintang film. Untuk mewujudkan impiannya ini, tahun 1978 Andrie berhenti bekerja dan mencoba mengirimkan lamaran ke perusahaan-perusahaan film di Hongkong. Tiga bulan berlalu tanpa ada kabar dari perusahaan-perusahaan film tersebut. Pada saat yang sama ia mendapat kabar yang kurang menyenangkan bahwa salah satu orang tuanya dipanggil pulang oleh Sang Pemilik Kehidupan. Ia mengalami tekanan mental yang luar biasa. Setelah pulang ke kampung halamannya di tahun 1979 ia kembali ke Jakarta. Dan kali ini bekerja sebagai pelayan toko yang hanya melayani pembeli tetapi tidak diijinkan masuk kedalam toko, alias setengah kuli.
Andrie muda kemudian mengisi waktu luangnya dengan mendirikan perguruan kungfu bernama Hap Kun Do. Sedikit demi sedikit penghasilannya mulai melebihi pendapatannya sebagai pelayan toko dan itu memunculkan kembali hasratnya untuk menjadi bintang film kungfu. Ia memberanikan diri keluar dari pekerjaannya dan berlatih kungfu secara serius selama dua minggu dan kemudian mengirim foto dan surat lamaran ke Hongkong. Namun Fortuna Dewi eh...Dewi Fortuna belum berpihak kepadanya.
Sempat beberapa bulan hidup tanpa penghasilan akhirnya Andrie berhasil mewujudkan impiannya menjadi bintang film di Taiwan walaupun bukan sebagai pemeran utama. Tiga tahun ia menekuni profesi sebagai aktor laga kemudian kembali ke Indonesia dan mencoba merintis jalan sebagai seorang pengusaha pembuat kartu ucapan. Di tahun 1985 lahirlah Harvest. Seperti kebanyakan bisnis sukses, awal bisnisnya berjalan tidak mudah berbagai rintangan dan penolakan selalu menghampiri. Dimulai dari penjualan kartu secara keliling dari sebuah kamar kost, usaha tersebut berjalan sukses. Hingga Harvest memiliki beberapa perusahaan pendamping. Boleh dikatakan Andrie Wongso sejak tahun 80-an telah menjadi seorang motivator karena produk Harvest pada awalnya berupa kartu berisikan ucapan motivasi yang kemudian berkembang menjadi produk-produk inovatif lainnya. Tahun 1992 adalah momentum bagi Andrie Wongso untuk terjun secara total dalam bidang motivasi.