Apa yang dikatakan Nazaruddin membuat kita rakyat Indonesia yang mengharapkan penegakan hukum terhadap koruptor berjalan sebagaimana mestinya menjadi kucewa, bukan lagi kecewa tapi sedikit diatas kecewa. Si burung Nazar yang tadinya begitu lantang bernyanyi sekarang diam tak bersuara seolah-olah ada masalah dengan pita suaranya sehingga untuk sementara [bisa selamanya] tidak bisa bernyanyi untuk kita semua. Dan anehnya konon katanya dia hanya amnesia terhadap hal-hal yang berbau korupsi yang dilakukanya bersama “kroni-kroni”nya, sementara untuk hal-hal lain dia masih ingat.
Agak aneh memang, tapi sebenarnya hal-hal aneh sudah menjadi tidak aneh lagi ketika itu terjadi di panggung politik negeri ini. Lupanya Nazaruddin pun membuat kita penasaran dan bertanya-tanya Apakah Nazaruddin benar-benar lupa atau sengaja lupa? Atau memang sengaja dibuat lupa? Menurut saya Nazaruddin tidak lupa, ia hanya berstrategi dengan berpura-pura lupa. Dan berpura-pura lupanya Nazaruddin ini pun bisa karena beberapa kemungkinan. Pertama karena strateginya sendiri, kedua karena strategi yang dipaksakan oleh ‘lawan-lawan’nya melalui serangkaian ancaman dan tekanan, walaupun ini masih menjadi bahan perdebatan. Ah...semakin banyak saja tebakan-tebakan di republik tercinta ini. Belum selesai satu tebakan sudah muncul tebakan berikutnya. Mudah-mudahan ini semua semakin mengasah kemampuan berpikir kita bukan semakin membuat kita jadi apatis dan tidak mau tahu lagi terhadap apa yang terjadi pada bangsa ini.