Sragen (13/08/2023). Jamu merupakan produk budaya yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Pemanfaatan jamu diyakini telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Relief candi Borobudur yang dibuat pada Kerajaan Hindu-Budha tahun 772 M menggambarkan kebiasaan meracik dan meminum jamu untuk memelihara kesehatan. Bukti sejarah lainnya yaitu penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan kerajaan Hindu-Majapahit yang menyebut adanya profesi "tukang meracik jamu" yang disebut Acaraki. Setelah mengenal budaya menulis, bukti sejarah mengenai penggunaan jamu semakin kuat yaitu dengan ditemukannya USADA lontar di Bali yang ditulis menggunakan bahasa Jawa kuno. Minum jamu adalah warisan budaya pola hidup sehat yang berbasis kearifan lokal. Bila dulu hanya ditemui di masyarakat desa, namun dewasa ini budaya minum jamu sudah banyak ditemui di masyarakat perkotaan. Di kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Solo hingga Yogyakarta sudah menjamur aneka gerai jamu modern. Budaya minum jamu berakar dari kebiasaan masyarakat menanam tanaman obat dan menggunakannya untuk pengobatan sejak dahulu. Mahasiswa KKN UNDIP membuat produk jamu serta memberikan edukasi budaya mengenai komoditas jamu sebagai bentuk dari pelestarian budaya dan penganti minuman kemasan yang memiliki pengawet yang tidak sehat jika dikomsumsi secara terus menerus. Edukasi tersebut bertempat di Balai desa, melalui edukasi budaya tersebut membuka pandangan terhadap masyarakat Desa Suwatu agar bisa melestarikan dan memberikan jamu untuk para anak-anak mereka.Â
KEMBALI KE ARTIKEL