Suamiku, aku sungguh mencintaimu. Banyak yang bilang bahwa cintaku ini cinta buta. Hm, apapun orang menyebutku aku tak peduli, aku tetap mencintaimu. Pernikahan kita terjadi tak lama setelah 5 bulan perkenalan kita. Hingga saat ini, usia pernikahan kita telah memasuki usia 8 tahun. Dan, kita belum dikarunia seorang buah hati. Aku sedih, berbagai pengobatan medis, herbal, pijat, kosultasi ahli hampir semua sudah kita jalani kan sayang ? Semua menyatakan kita baik-baik saja. Aku masih sabar menunggu, suatu saat kita akan mendapatkan hadiah itu.
Tapi aku risau,
Beberapa hari yang lalu kau utarakan bahwa kau menyarankanku untuk menikah dengan pria lain, untuk mencoba, bisakah aku hamil ? Bagai tersambar petir...aku terkejut sayang. Aku tetap ingin denganmu. Aku masih bersabar menunggu, aku tak ingin kita berpisah. Lalu engkaupun sampaikan bahwa kau juga tak beda, akan menikah dengan yang lain, mencoba, bisakah kau punya anak ? Kembali aku seperti tersambar petir seratus kali. Tapi aku kuatkan, karena aku mencintaimu. Dan sejak semula, jika ini alasannya karena kekuranganku, aku mengijinkanmu, cinta. Dan kau menyarankan supaya aku yang mencarikan madu-ku itu. Aku berpikir keras, siapa kira-kira. Sempat aku tawarkan juga, kakakku yang janda. Setidaknya anak dari suamiku adalah anak kandung dari kakak kandungku sendiri. Tapi tentu saja kakakku menolak dengan keras, mereka anggap aku gila. Semua keluarga mencacimu, suamiku. Tapi aku tetap membelamu.
Belum genap seminggu dari pembicaraan itu, kau sampaikan bahwa sesungguhnya kau telah menikah siri dengan seorang janda beranak satu, dan saat ini sudah hamil. Aku berusaha bersabar, suamiku. Aku hanya sedikit berpikir bagaimana caraku menyampaikan kepada keluargaku, pasti mereka murka kepadamu, sayang. Pun ketika kakak sulungku menangis memelukku, aku tak bisa meneteskan airmata. Entah kenapa, mungkin karena sayangku kelewat takaran tadi ya? Tapi sudahlah, aku tetap mencintaimu, dan menerima dia sebagai madu-ku. Aku ingin kau pertemukan aku dengan istrimu yang baru, karena aku ingin memeluk perutnya yang berarti juga anakku kan, sayang ? Bahagianya bisa hamil, tapi melihat istrimu sudah hamil, rasanya tak masalah bagiku tidak bisa hamil. Entahlah, aku pun tak punya amarah untuk wanita itu. Hal ini tentu saja membuat keluargaku, orang-orang disekitarku, rekan baikku, semua geleng kepala. Termasuk seorang sahabat baikku yang kasusnya sama denganku, hanya saja mereka tetap sebagai kesatuan yang utuh. Tapi tolong pahami aku, aku hanya ingin semuanya baik-baik saja, tetap bersama suamiku hingga kelak kematian yang memisahkan kita. Cintaku sejak awal tak pernah berubah. Apakah aku gila ? Atau tak berdaya ?
*teruntuk sahabatku*