Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Surat untuk Puan

7 Desember 2011   14:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42 48 0
Di lain kertas kita menyapa hati. Senyuman kasih tiada berpaling janji. Jua tak lagi mendengar suara merdu nyanyian suci. Iringi labuhan insan tanpa benci.Puan.. Berpulang tiada berkendara. Meninggalkan jejak nafas asmara. Titip salam pada pertiwi. Ku menanti harapan tanpa pasti.Puan.. Masih mengapung di genangan tenang. Bertahta dalam garis kesetiaan,tiada benci dustapun enggan. Bukan karena hadirnya mentari. Setianya pelangi menunggu hujan reda. Tabahnya embun menanti malam usai.Puan.. secangkir tak sanggup ku teguk. Tak banyak air yg berselisih dg bibirku. Apalagi dahagaku, telah lelah berdiri tegak. Sejak pergi tanpa bertanya padaku.Puan.. Kepada malampun aku enggan bercengkrama. Setiap kisah mengulang drama. Ceritakan padaku peranmu disana. Seperti kita dahulu merajut romansa, Ataukah seperti sekarang diriku yg masih menyanding pilu.Puan.. Dalam mimpi ku harap engkau menyapa. Meski dalam nyata hendaklah mustahil. Puan.. Secarik kertas tempat kita bersyair kata. Tersimpan rapi dalam sanubari pengarangnya. Puan.. Masihkah ku mendulang airmata utk tercinta, Sedangkan di bibirmu senyum bertahta.Puan.. Suratku tiada bernama. Tapi bernyawa dan berhati.. Dia bercinta, Bersama kenangan ku menanti, Meski mimpi kau sangat berarti. . . -Alfian Pikoli-, Gorontalo, 25 Agustus 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun