Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Syair Sang Muda

3 Desember 2011   14:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 53 0
Jiwaku bergerak dalam nalar bergulir berdesir.
Mengokohkan jiwa dalam bayangan akal yg tak beralas.
Cumbulah otakku dengan bumbu-bumbu manis pengetahuan.
Gerak berseri, naluri bercerita.


Aku lama terlelap,
Dalam mimpi serangkai puisi,
Iya, kutahu dimana kehebatan berdomisili,
dari suara-suara teriakan berlari menukik sepi,
sulit terasa perjuangan jemari,
melukis dinding-dinding bersih melucu tapi suci,


iya, ku butuh kepastian,
bukan impian, angan, harapan, atau jenaka perawakan.
Jalan. . . .
Jalan. . . .
Berikan kesempatan, memperkosa otak kalian.
Sejenak, pembebasan akan mulut yg telah lama disekap keadaan.
Bersuara kawan, , ,
Jalan masih banyak pengemis jalanan peminta jawaban,


Iya, itu yang kumaksud, , ,
Waktu mulai mengabaikanku,,
Bantu aku mengecup bisu,
Temukan kalian dalam dirimu,


Hey, jangan jadi pengecut keparat bejat pembinasa rakyat,
Kutitipkan ilmu sesaat bukan untuk sesat.
Ini bukan panggungmu seorang,
Karena aku berkarya dengan kata, dan puisi adalah senjata.


Puisi ini masih kan terus mengawali, tanpa mengakhiri,
Kata menyapa, raga tak bernyawa,
Gorok nadiku, temukan sisa-sisa bait warisan teriakan.
Tumpahkan darahku, disanalah pertanyaan tentang kegelisahan.


"DALAM NEGERI YG TERLELAP DALAM TIDURNYA, KESADARAN ADALAH BARANG LANGKA YG SEJENAK TERABAIKAN, HATI NURANI DIBUNGKAM OLEH PIKIRAN TERACUNI, HINGGA KEADILAN DITAWAR MURAH OLEH KEMATIAN. SIAPAPUN ITU, DUNIA BUTUH PENANTANG. MESKI DI DEPANNYA AJAL MENGHADANG. DIAM ADALAH PENGKHIANATAN"

(ALFIYAN P.)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun