Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Minggu Pagi Itu Saja

4 September 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 85 0
Ya, seperti hari minggu yang sebelumnya, serta sebelumnya lagi. Nyaris tak ada yang berbeda, terkecuali bahwa setelah sekian lama akhirnya aku menempuh jalur bebas kendaraan yang hanya dibatasi beberapa jam saja ini. Jalur yang jujur saja tidak menyimpan banyak kenangan kecuali umpatan pengguna mobil dan motor terhadapku yang menggunakan sarana minoritas berupa sepeda.

Ya, itu dahulu. Kini sepeda beroda dua (sengaja kuperjelas karena banyak jenis sepeda yang aneh-aneh :D) menjamur dan ada dimana saja mulai dari sepeda 'kebo', sepeda jengki, sepeda mini, sepeda BMX, sepeda gunung, sepeda 'gaul' fixie, sepeda low-rider, dan masih banyak lagi. Tak lagi seperi dahulu dimana pengguna sepeda cenderung santun dan terkesan hanya komunitas ataupun kaum tertentu saja yang jumawa bersepeda dengan warna mencolok dan harga yang mendekati harga kendaraan roda empat. Kini tua muda, kaya miskin, jelek ganteng, perempuan ataupun laki-laki, gadis ataupun anak lelaki, bencong ataupun wanita tomboi semua seakan digerakkan oleh magnet minggu pagi, dan memang hanya minggu pagi itu saja keramaian itu timbul seperti pasar kaget.

Para komunitas berkumpul dan bergabung dengan aneka warna sepeda dan pakaian, dari yang memang berniat bersepeda dan berolahraga dengan seragam seadanya ataupun dengan seragam siap tempur, sampai pada para abg yang bersepeda fixie dengan seragam warna warna ngejreng selaras dengan sepeda mereka yang terlihat mewah. Tetapi jangan salah, mereka datang dari berbagai usia dan golongan meskipun terlihat bling-bling dan urakan dengan dandanan yang seakan tidak perduli panasnya hari (yang penting modis).

Gadis-gadis bertato bunga dan kupu-kupu berlalu dengan sepeda lipatnya (seli) bersama rombongan pengawalnya. Dan di sisi jalan di minggu pagi itu sajalah para pedagang meraup rejeki pertama sehabis lebaran, memang minggu ini belum seramai biasanya. Tetapi denyut nadi minggu pagi telah kembali di ibukota ini seiring dengan ramainya para  pesepeda yang masih menikmati lenggangnya ibukota sehabis lebaran.

Dan disinilah aku di tepi kolam bundaran HI, menatap betapa dinamisnya kehidupan di ibukota, bahkan di kala liburan hari terakhir, para pemuda pemudi dan orang tua yang biasanya bermalas-malasan karena besok memulai kembali aktivitasnya seakan berlomba menikmati detik detik terakhir liburan mereka.

Ah sudahlah, dan ketika itulah melintas si cantik bertato bunga dengan kawanannya, mungkin sudah waktunya aku kembali mengayuh. Meski bukan untuk si cantik, dia cuma mengingatkan aku bahwa sudah waktunya bergerak kembali mengikuti dinamika gemulainya si cantik dan berserta para pemuda pemudi lain.

- jakarta 4 sept 11 -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun