Menjunjung budaya, mengangkat tradisi , memperkuat identitas bangsa merupakan bentuk rasa kepedulian masyarakat untuk tetap melestarikan budaya yang memiliki ciri khas tersendiri. Seperti halnya Merdi Desa yang dilakukan oleh warga desa Redisari Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen dan di ikuti oleh
Mahasiswa KKN 54 UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Kelompok 19 pada hari Rabu-Kamis yang bertepatan pada tanggal 17-18 Juli 2024/11-12 Muharram 1446. Bagi sebagian gen Z ada yang paham akan makna Merdi desa namun ada juga yang tidak paham sama sekali. Merdi desa merupakan salah satu istilah  yang berarti bersih desa atau ada beberapa yang menyebut Suronan. Mengapa dikatakan sebagai suronan? Hal ini dikarenakan acara ini berlangsung pada bulan Suro (Jawa)/Muharam sebagai simbol rasa syukur masyarakat atas limpahan karunia dan nikmat yang diberikan oleh Tuhan YME entah itu berupa rezeki,keselamatan,ketentraman, ataupun keselarasan hidup. Selain sebagai ungkapan  rasa syukur sebagai seorang hamba terhadap Tuhannya, acara Merdi desa ini juga menjadi salah satu acara sakral yang dilakukan untuk menjaga tali persaudaraan antar sesama warga masyarakat desa serta untuk mengenang jasa para pendiri desa.
KEMBALI KE ARTIKEL