Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Bertahan di Situasi Kerusuhan

29 November 2022   00:37 Diperbarui: 29 November 2022   00:59 137 1
Pertandingan Arema melawan Persebaya dimulai hari Sabtu, 1 Oktober 2022, pukul 20:00 WIB. Awalnya pertandingan ini berlangsung dengan lancar, namun pertandingan ini menjadi sengit ketika Arema kalah 2-3 dari Persebaya.

Akibat kekalahan itu, pendukung Arema merasa kecewa dan tidak terima, sehingga beberapa pendukung Arema turun ke lapangan untuk meluapkan  kekecewaannya kepada pemain. Akhirnya petugas keamanan turun tangan untuk upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar orang-orang tidak turun ke lapangan.

Semakin lama kemarahan supporter tidak bisa terkendali. Bahkan mereka sampai melemparkan bendabenda ke lapangan. Karena situasi di stadion semakin ricuh, para petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah supporter. Tembakan gas air mata itu membuat keadaan semakin kacau. Para supporter, termasuk wanita dan anak-anak berdesakkan mencoba keluar untuk menyelamatkan diri.

Akibatnya fatal, banyak orang yang pingsan, sulit bernafas, dan bahkan terinjak-injak karena semua orang berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Dari kerusuhan ini, sebanyak 127 orang dinyatakan meninggal dunia, dua diantaranya adalah polisi.  Kerusuhan ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga kerugian materi, seperti rusaknya fasilitas di stadion, kendaraan polisi yang ada di sekitar stadion juga dirusak/dibakar oleh penonton.
Akibat kejadian itu, PSSI memberikan hukuman pada Arema FC dengan larangan menjadi tuan rumah hingga sisa kompetisi Liga 1.


Kita perlu menyadari bahwa setiap tindakan yang kita lakukan dikuasai oleh kehendak. Dimana kehendak itu seperti dorongan buta yang terus menerus mendorong tanpa tujuan. Kehendak tidak pernah berhenti tanpa kita sadari karena kehendak akan terus melindungi dan memulihkan manusia, bahkan ketika akal budi kita merasa letih.

Ada salah satu tokoh yang bernama Arthur Schopenhauer yang menjadi pencetus idealisme kehendak atau idealisme romantis. Arthur Schopenhauer mengkritik pandangan tentang kesadaran dan intelek atau rasio sebagai hakikat jiwa. Menurut Arthur Schopenhauer, pada dasarnya kesadaran dan intelek hanya merupakan permukaan jiwa kita, bukan hakikat jiwa yang sesungguhnya.

Hakikat manusia itu adalah referensi dari kehendak, dimana ada kehendak untuk
bertahan hidup dan kehendak untuk bereproduksi. Setiap manusia memiliki kehendak untuk bertahan hidup. Apapun yang kita lakukan tidak selalu mengandalkan reflek karena apa yang kita lakukan adalah kehendak setengah sadar untuk bertahan hidup. Manusia didorong oleh apa yang mereka rasakan, seperti naluri-naluri yang keberadaannya tidak mereka sadari.

Lalu kehendak untuk reproduksi bertujuan untuk meneruskan kehidupan karena musuh abadi kehendak untuk hidup adalah kematian. Reproduksi adalah tujuan utama dan naluri yang paling kuat dari setiap organisme, karena dengan cara itu kehendak bisa mengalahkan kematian.

Arthur Schopenhauer tidak mempercayai adanya cinta, karena menurutnya cinta itu penipuan diri atau ilusi yang akhirnya akan mengecewakan. Ia mempercayai bahwa perkawinan karena cinta akan membawa penderitaan, sedangkan perkawinan yang didasari adat atau kebiasaan dianggap lebih membawa kebahagiaan.

Arthur Schopenhauer juga menyatakan bahwa kehendak itu kejahatan dan penderitaan. Dimana hidup manusia dikuasai oleh kehendak yang tidak pernah habis yang pada akhirnya, kehendak akan membuat hidup manusia penuh penderitaan.

Kehendak untuk bertahan hidup perlu dimiliki oleh setiap manusia, dimana kehendak inilah yang membuat manusia mampu menghadapi segala permasalahan dan penderitaan hidup. Jadi dapat diartikan bahwa kehendak adalah pendorong kehidupan.

Dari kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, kita dapat melihat bukti nyata bahwa kehendak untuk bertahan hidup pasti ada di setiap manusia. Para pemain dari Persebaya langsung meninggalkan stadion ketika pertandingan telah usai untuk menghindari serangan dari supporter Arema.

Para penonton yang juga menghadapi kerusuhan itu berdesakkan untuk keluar, saling mendorong, bahkan menginjak-injak orang yang tidak mampu menyelamatkan dirinya. Di situasi itu, orang-orang tidak bisa memperhatikan orang lain karena kehendak untuk hidup itu menguasai dan mengontrol diri mereka masing-masing. Setiap orang akan fokus pada kehendak untuk bertahan hidup, sehingga orang yang tidak mampu bertahan disituasi itu akan terinjak-injak dan tidak berdaya.

Kehendak selalu mendorong kita untuk terus bertahan dan membuat kita memiliki hasrat.
Kehendak memacu kita untuk berusaha memenuhi keinginan karena keinginan selalu lebih besar dari pada apa yang diperoleh. Jika keinginan terlalu mudah untuk dicapai, kita akan merasa bosan. Sebaliknya ketika kita sulit memenuhi keinginan itu, kita cenderung tidak bahagia.

Sehingga Arthur Schopenhauer mengatakan kehendak itu penderitaan dan kesengsaraan yang terus ada dan harus ada dalam diri manusia. Karena hal inilah Arthur Schopenhauer dianggap sebagai orang pesimis. Tapi sikap pesimis Arthur Schopenhauer lebih mengarah pada penolakan nafsu, hasrat, dan keinginan manusia yang bisa menyebabkan penderitaan. Ia menyimpulkan pada dasarnya kehendak itu irrasional yang artinya bebas tanpa kontrol. Tapi pemikiran irrasional juga bisa menyebabkan keadaan yang tidak teratur. Karena hal ini, diperlukannya pengatur/kontrol atas kehendak buta agar kehidupan bisa berjalan seimbang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun