Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Friedrich Wilhelm Nietzsche: Suatu Kehendak Dalam Berkuasa

28 Desember 2023   15:48 Diperbarui: 28 Desember 2023   15:49 37 1
Friedrich Wilhelm Nietzsche adalah seorang filsuf pada abad ke-19. Nietzsche lahir pada tanggal 15 Oktober 1844. Pada saat itu ia memulai karirnya sebagai seorang filolog klasik, sebelum akhirnya beliau masuk ke bidang filsafat. Tahun 1879 beliau mengundurkan diri sebagai Professor Filologi Klasik, karena ia merasa terganggu oleh masalah kesehatan dan mentalnya. Pada tahun 1900 Nietzsche meninggal setelah menderita pneumonia dan stroke yang menimpanya. Sebelum meninggal, beliau mempunyai banyak karya-karya. Karya tersebut meliputi sebuah polemik-polemik filosofis, puisi, kritik budaya, maupun fiksi. Namun, beberapa dari pembaca merespons karya Nietzsche dengan cara kontroversial. Karena adanya pemikiran Nietzsche yang berupa "kehendak berkuasa" atau "keinginan untuk berkuasa" yang dimana bagi beliau ini adalah suatu kehendak yang menjadi pendorong utama di balik tindakannya manusia.

Nietzsche terkenal dengan seorang filsafat yang memandang "kebenaran" karena mendasarkan sebuah kehendak untuk berkuasa sebagai titik pusat etika. Nietzsche juga dikenal sebagai "Sang Pembunuh Tuhan" karena ia memprovokasi dan mengkritik suatu kebudayaan Barat pada zamannya. Pada saat itu beliau juga dikenal dengan suatu ungkapan nihilismenya, yaitu Tuhan sudah mati. Hal tersebutlah yang membuat Nietzsche dianggap sebagai sang ateis atau sang pembunuh Tuhan. Dalam konteks tersebut, yang dimaksud Tuhan sudah mati ialah Tuhan yang sudah tidak mampu lagi untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral ataupun teleologi. Kata Nietzsche, kematian Tuhanlah yang akan membawa pada penolakan terhadap nilai-nilai mutlak itu sendiri, tak hanya kepada penolakan terhadap keyakinan kosmis atau tatanan fisik.

Pemahaman kehendak Nietzsche pertama kali muncul saat beliau membaca buku Schopenhaur, sehingga dari pemahaman tersebutlah Nietzsche membuat pemahaman baru. Yang dimana "Kehendak" pada buku Schopenhaur dimaksud "Kehendak untuk hidup" disempurnakan oleh Nietzsche menjadi "Kehendak untuk berkuasa". Dalam pengertian tersebutlah, seseorang yang dapat menggunakan kehendaknya tidak hanya seseorang yang kuat atau berkuasa, akan tetapi seseorang yang lemah atau tidak berkuasa juga dapat menggunakan kuasanya. Nietzsche juga menegaskan bahwa dengan menggunakan pandangan eksitensialis maka sebuah kebaikan atau keburukan tidak akan terjadi pada manusia, jika manusia tersebut tidak melakukan tindakan yang mengundang kebaikan ataupun keburukan. Jadi, intinya, segala yang terjadi dalam kehidupan ini ialah bergantung pada pilihan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri (Levine, 2002 : 9).

Adapun pola pemikiran Nietzsche yang dapat diringkas dalam 5 tahap (Levine, 2002 : 7) :
1. Historisisme : Suatu pengakuan terhadap keragaman nilai-nilai dan ide-ide tentang waktu
2. Historisisme-Weltanschauung : Suatu kepercayaan yang kompleksitas organik yang dihasilkan dari suatu ide-ide dan nilai-nilai yang menjadi dasar tiap budaya, sehingga menentukan perjalanan kehidupan dan pemikiran manusia.
3. Relativisme : Suatu teori yang dimana ide-ide hanya benar atau baik.
4. Nihilisme : Yaitu kehilangannya semua ide tentang kebaikan dan kejahatan. Hal ini semata-mata bersifat relatif.
5. Filsafat Dionysian : Suatu pemikiran atau perjalanan yang kreatif yang dapat melampaui kebudayaan ataupun rasionalitas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun