Terbayanglah Nietzsche, si pemikir kontroversial bangkit dari kuburnya di era yang serba virtual. Ia pasti akan terperangah, melihat bagaimana manusia-manusia modern menderita 'sindrom perbandingan' yang lebih parah daripada gangguan kepribadian ganda yang menjalar di tengah kaum
mendang-mending. Kita mengukur eksistensi dengan jumlah tanda jempol di layar kecil, bukan lagi dengan prestasi atau kedalaman jiwa, tak ada makna yang mendasari. "
Tak perlu introspeksi", kita berkata, sambil berlomba memajang kesempurnaan. Apa itu simpati? Untuk apa dipikir dua kali? Tidak ada waktu untuk hal-hal itu ketika ada potensi viral di ujung jari. Banyak hal yang sudah tergerus pada jurang kenihilan yang kita sendiri menafikan.
KEMBALI KE ARTIKEL