Karena jaringannya berhasil dibuat tercerai-berai oleh polisi melalui sejumlah penangkapan, gerakan Noor Din menjadi makin sempit. Belum lagi Noor Din yang banyak kehilangan simpatisan dan pendukung. Abu Rusdan mengungkapkan lebih lanjut bahwa sejak empat-lima tahun lalu kelompok ini sulit mendapatkan pemimpin yang sudi bertanggung jawab atas aksi-aksinya yang sarat kekerasan.
Selain itu, menurutnya, bahan peledak yang dikuasai jaringan Noor Din sudah habis disita polisi dalam sejumlah penggrebekan. Akses kelompok teroris ini untuk mendapat bahan peledak juga berhasil dipersempit.
Namun yang membuat Abu Rusdan lebih yakin adalah perbedaan karakteristik bom yang digunakan. Melihat daya rusaknya di Marriott dan Ri tz-Carlton, bisa diperkirakan kalau bom berdaya ledak rendah, padahal kelompok teroris Noor Din selalu menggunakan bom berdaya ledak tinggi. Menggunakan bom berdaya ledak tinggi selain akan memakan korban lebih banyak, juga berfungsi memastikan sang eksekutor tewas seketika. Menggunakan bom berdaya ledak rendah, menurut Abu Rusdan, justru berbahaya karena.membuka peluang polisi untuk mengungkap siapa dan di mana saja jaringan teroris seandainya si pelaku bom bunuh diri tidak langsung turut tewas.
Menurut Tempo, pernyataan Abu Rusdan seperti memperkuat sinyalemen mengenai kemungkinan pelaku bom selain Jamaah Islamiyah, sebagaimana diungkapkan Presiden Yudhoyono dalam konferensi persnya beberapa jam setelah ledakan bom. Tanpa sungkan, presiden juga menyentil kemungkinan kaitan teror kali ini dengan upaya menggagalkan tahap akhir pilpres, yang sudah hampir pasti dimenangkannya.
Padahal banyak analis, antara lainSidney Jones, Direktur International Crisis Group langsung menyebut kelompok sempalan JI yang dipimpin oleh Noordin M Top lah yang menjadi dalang teror ini. Kuat dugaan bom bunuh diri itu dilakukan oleh teroris kelompok lama di sekitar Noor Din M. Top. Hal ini bisa disimpulkan dari pola yang sama: bunuh diri dan yang jadi target adalah hotel yang menjadi tempat jujugan orang-orang asing, khususnya warga Amerika.
Yang menarik adalah analisa blogger yang malah menyebutkan kalau Noor Din dan sejumlah petinggi JI lainnya adalah intelijen negara asing yang dekat dengan pemimpin kerajaan negeri jiran tertentu. Mereka sengaja disusupkan ke negeri kita dengan misi mendorong radikalisasi agama dan membuat ekonomi Indonesia terpuruk dengan meledakkan bom-bom yang diharapkan punya gaung di dunia internasional.
Menurut pembaca, drakula-drakula yang menebar teror dan pada waktu yang lalu telah melakukan kejahatan, membunuh, menghilangkan orang barangkali dan masih lolos dari jeratan hukum itu apakah masih dari kelompok Noordin M. Top? Apakah negara selama ini telah gagal dan membiarkan mereka menjadi drakula dan penyebar maut di negeri kita?