Matahari bertahta pada pijarnya yang mencoba menerangi selaput jagad raya yang dikehendakinya. Tanpa paksaan, tanpa halangan. Burung-burung pun ikut menikmati sinar pijarnya, bernyanyi dan menari.
Waktu telah menujukkan pukul 09.00 pagi, namun aku masih saja terlelap dalam tidurku. Tanpa iku menikmati pijarnya sang mentari sperti burung-burung yang bertengger diatas pohon beringn tua depan kontrakanku.
drriiiiiiiiiiing.....
Suara jam weker ku pun berbunyi. Jam weker yang telah berjerit-jerit membangunkan lelap tidurku, namun aku tak kunjung bangun.
Driiiing.....
Jam weker ku pun kembali teriak membangunkanku, akhirnya aku sadar dari lelap tidurku. Kulirikkan mata sebelah kearah jam weker yang berada di meja sebelah tempat tidurku. Waktu ternyata telah menunjukkan pukul 09.30 Wib.
"haaaaa.....waduuucchhh, aku telaat..... " teriakku sambil melompat dari tempat tidurku menuju kamar mandi.
Pukul 10.00 pagi ini aku ada wawancara kerja disebuah radio besar di kota Bandung. Setelah sudah cukup lama aku mengirimkan surat lamaran kerjaku ke setiap Radio dikota Bandung ini, akhirnya semua lelah dan kerjaku berbuah hasil juga.
Tanpa mandi, hanya menyikat gigi dan cuci muka saja, aku pun langsung mengambil sepatu Hak tinggi yang berada di balik pintu kamar.
"Aduch.... gimana sech cara memakainya ini ??? " gumamku yang gak mengerti cara memakai sepatu Hak tinggi.
Jujur saja, ini adalah pengalaman Pertamaku memakai sepatu Hak tinggi. Biasanya aku lebih suka memakai sepatu biasa. Kalau saja pacarku Yoga tidak pernah memaksaku untuk memakainya dan kalau saja hari ini tidak ada wawancara kerja, mungkin aku tidak akan pernah mau memakainya bahkan menyentuhnya.
Tiba-tiba suara Handphoneku berdering. Bertandakan 1 sms masuk. 1 sms dari Yoga pacarku.
"Sayang, pasti kamu baru bangun tidur dan sekarang lagi terburu-buru serta merasa risih dengan sepatu Hak tinggi baru kamu ya ??? "
Yoga memang sangat mengenal karakterku. Bahkan hal-hal yang kecil dari sifatku pun dia tahu. Tapi jujur aku tidak dengan satu sifatnya yang terlalu otoriter padaku. Semua kehendaknya, pasti saja selalu harus dituruti. Tapi karena aku merasa kasihan padanya, makanya aku masih tetap mencoba untuk bertahan menjadi pacarnya.
Akhirnya aku berhasil juga memakai sepatu hak tinggiku. Setelah merasa yakin tidak ada yang ketinggalan satu pun, aku pun mengunci pintu kamar kontrakanku dan berjalan menuju ujung bibir gang depan kontrakanku.
"Waduh, macet lagi..... kalau aku naik angkot pasti bakal 2 jaman baru sampai ditempat. " gumamku sambil mengaruk-ngaruk kepala karena bingung.
"Good morning Swetty Lala...." sapa A'Asep tetanggaku.
Tiap hari A'Asep pasti selalu menggodaku. Tidak peduli pagi, siang mau pun malam, dia selalu saja mengejar-ngejar mengharap cintaku. tapi idih amit-amit, ogah ah... gimana aku mau menerima cintanya, melihatnya saja aku ogah.
"Swetty Lala, mau kemana ??? Aa Asep anterin ya, pakai Vespa Pujangga Aa ??? " goda A'Asep.
Awalnya sech aku ogah menerima tawaran A'Asep, tapi kalau dipikir-pikir, dari pada aku telat untuk wawancara kerja, yah mau tidak mau. hehehehe
"Boleh... Tapi cepatan yaa ??? " sahutku sambil naik keatas Vespanya.
"Aduh, gimana caranya aku duduk diatas Vespanya A'Asep ya ??? Duduk seperti biasa atau duduk menyamping ?? " ujarku dalam hati.
Akhirnya aku memilih duduk menyamping.