Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Mulai dari Gang Nam Style hingga Raja Ampat

5 Agustus 2014   17:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:22 107 1

Tulisan saya ini merupakan update dan lanjutan dari apa yang pernah saya tulis sebelumnya. Pada tulisan sebelumnya saya menceritakan tentang pelemahan rupiah yang salah satunya berasal dari current account deficit, dimana impor barang atau jasa kita lebih besar dibandingkan ekspor. Pada kesempatan kali ini, saya justru ingin membahas tentang bagaimana kestabilan nilai tukar yang didapat dengan current account surplus melalui “nilai” dari suatu negara. Nilai yang akan saya bahas disini lebih kepada value suatu negara apabila negara tersebut dianggap sebagai merek (brand). Menurut penelitian Brand Finance, merek suatu negara dapat menambah PDB (pertumbuhan ekonomi) sekitar 1-5%. Sebagai contoh China yang baru –baru ini mengganti trademark “Made in China” menjadi “Made in PRC” yang diartikan People’s Republic of China. Alasan dibalik digantinya trademark itu ternyata karena banyak orang meyakini “Made in China” dikonotasikan sebagai produk murah dan tidak berkualitas, seperti yang diungkapkan Samir Dixit, Director Brand Finance Asia Pacific. Sehingga, China mengganti trademark-nya agar produknya diekspektasikan memiliki value lebih tinggi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun