Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Lemahnya Rupiah Jangan Samakan Dengan Kondisi 1998

30 Desember 2014   00:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:13 670 6


Pergerakan nilai tukar rupiah pada bulan Desember 2014 ini kembali teruji. Menurut kurs harian Bloomberg pada hari Rabu (17 Desember 2014) bahkan sempat bertengger di posisi 12,900/USD. Depresiasi ini bahkkan menjadi yang depresiasi terdalam sejak tahun 1998. Beberapa pemberitaan juga mulai mengaitkan bahwa depresiasi nilai tukar mata uang garuda ini sudah seperti kejadian di tahun 1998. Untuk mengetahui kebenaran dari hal ini, pada dasarnya kita tidak dapat melihat hanya satu indikator saja seperti nilai tukar. Namun perlu dilihat lebih luas lagi dari indikator – indikator perekonomian Indonesia. Pelemahan nilai tukar rupiah di Indonesia lebih karena besarnya ketergantungan terhadap dana asing yang mampir di Indonesia. Sedangkan ekspor yang juga menjadi andalan masuknya valas di Indonesia tidak bisa diharapkan karena faktor harga dan melambatnya permintaan dunia.

Krisis Politik 1998 dan Pengaruhnya ke Nilai Tukar

Tidak bisa dipungkiri pada tahun 1997-1998 Indonesia dihantam berbagai masalah. Mulai dari demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa yang ingin melengserkan pemerintahan yang berkuasa, kerusuhan dan penjarahan yang terjadi di berbagai tempat, rupiah yang melemah, bank yang kolaps, dan masih banyak hal kelam lain yang menimpa bangsa ini. Hal ini memicu ketidakpercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia dan membuat dana asing keluar secara besar-besaran. Krisis ketidakpercayaan juga menginggap ke warga negara Indonesia sendiri kepada pemerintahannya. Ketidakpercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan merupakan krisis politik. Krisis ekonomi yang terjadi khususnya karena diakibatkan oleh krisis politik akan membuat negara seperti Indonesia yang masih sangat tergantung terhadap dana asing menjadi rentan karena investor melihat stabilitas negara guna menempatkan investasi dan pengembalian yang sepadan bagi mereka.

Aliran dana asing yang keluar dari Indonesia memberikan efek terhadap stabilitas nilai rupiah. Contoh lain yang paling aktual adalah Rusia yang saat ini mengalami pelemahan nilai tukar yang luar biasa besarnya. Hal ini disebabkan oleh politik yang menjalar ke perekonomian. Rusia merupakan negara yang sangat besar bergantung pada hasil buminya yaitu minyak dan gas. Karena perseteruan politiknya dengan AS, membuat ekspor minyak dan gasnya dilarang dalam banyak kegiatan ekspor impornya khususnya dengan negara sekutu AS. Lebih parahnya lagi, harga minyak mendadak jatuh akibat permintaan dunia yang melambat namun tidak diimbangi dengan supply yang dikurangi karena negara – negara Arab yang tidak mau menurunkan produksinya untuk kembali mengangkat harga. Ibarat jatuh tertimpa tangga, investor yang meletakkan dananya di Rusia sangat khawatir, karena investasi yang ditanamkan salah satunya pengembalian dilakukan melalui penjualan minyak dan gas Rusia yang saat ini mengalami masa suram. Hal ini membuat investor kemudian mengalihkan asetnya ke USD yang dinilai lebih aman. Hal ini semakin memberatkan mata uang Rusia.

Fundamental Ekonomi Indonesia Saat ini Lebih Solid dari 1998

Terlepas dari permasalahan politik, saat ini Indonesia sebenarnya menunjukan kondisi ekonomi yang sangat stabil. Jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki karakteristik perekonomian yang sama, Indonesia dapat dikatakan menjadi salah satu yang paling stabil. Untuk melihat hal tersebut dapat, saya akan mengangkat dari dua sisi, perbandingan fundamental kondisi saat ini dan 1998 serta perbandingan dengan negara lain. Mengutip artikel I Made Sentana pada Wall Street Journal, beberapa perbandingan yang menunjang optimisme bahwa saat ini jauh lebih baik dari 1998 dan bahkan kondisi negara berkembang lainnya adalah:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun