Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Batik Warna Alam, Kembali ke Alam

3 Desember 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 581 0
Pertama kita samakan persepsi dahulu. Batik menurut SNI adalah bahan tekstil hasil pewarnaan dengan teknik perintangan warna menggunakan Lilin (malam) panas sebagai zat perintang. Artinya : Batik asli Indonesia yang diakui oleh UNESCO itu adalah batik yang melalui proses sbb : 1.Kain di canting dengan malam panas 2.Kain dicelup ke dalam zat pewarna (bagian yang tertempeli lilin akan tetap putih) 3.Lilin dilepas. (direbus) "Batik" yang tidak melalui proses itu tidak saya sebut Batik di sini. contoh : kain sablon, kain print, dll. Yang kedua, saya akan membahas pewarna. Pewarna batik ada dua macam secara garis besar, yaitu Zat warna sintetis, dan zat warna alami. Zat warna sintetis sudah banyak dikenal oleh khalayak umum, karena mudah dijumpai di toko-toko kimia dan hasil pewarnaannya sebagian besar kita miliki sebagai kain batik di dalam lemari baju kita. Nah kalau zat warna Alam? Apa lagi itu? Zat warna alam (untuk batik) adalah zat warna yang diambil langsung dari alam tanpa ada proses kimiawi yang terlalu berbelit. Contoh unsur alam yang bisa diambil zat warnanya adalah bagian-bagian tanaman, seperti kayu, daun, bunga, akar, kulit buah, dan lain sebagainya. Tidak semua tanaman memberikan hasil yang maksimum jika dimanfaatkan untuk pewarnaan. Contohnya daun, sama-sama daunnya, tetapi daun mangga akan bisa memberikan warna yang lebih pekat jika dibandingkan dengan daun kelapa. Oleh karena itu, penelitian tentang ini masih terus dilakukan. Beberapa tanaman yang memberikan warna baik juga tidak serta merta digunakan untuk mewarna, melainkan dilihat dulu kegunaan lainnya. Contohnya Cabe dan bawang. Warna yang dihasilkan cukup memuaskan, namun karena kegunaan utamanya adalah sebagai bahan masakan, maka kedua bahan tersebut tidak digunakan untuk mewarnai. Apa saja keunggulan Zat Warna Alam? Banyak. 1. Warna Soft/Pastel yang jarang ditemui pada kain batik dengan zat warna sintetis 2. Aman bagi kulit sensitif, karena tidak mengandung pewarna kimia 3. Limbah tidak mencemari alam, bahkan beberapa orang mengklaim bisa jadi pupuk. 4. Jika tidak dibuang pun, sisa pewarna bisa dicampur lagi dengan pewarna baru. 5. Tidak perlu ekspor zat warna. Hampir semua yang ada di Indonesia bisa dimanfaatkan. 6. Tidak berbahaya bagi tangan para pencelup Batik 7. Untuk, para pembatik, penggunaan Zat warna alam yang sedang digemari ini mampu mendongkrak harga jual. Tunggu apa lagi, ayo hunting Batik Warna Alam !!!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun