Lembaga Pendidikan, guru, orang tua dan masyarakat harus berperan menjadi teladan pertama dalam literasi, menciptakan lingkungan yang mencintai buku dan membuat gerakan yang massive dalam memberikan pemahaman tentang manfaat dan tujuan dari kegiatan literasi. Salah satunya adalah memperkenalkan writerpreneur kepada siswa.
Apa itu Writerpreneur? Writerpreneur merupakan gabungan dari dua buah kata yaitu writer (penulis) dan enterpreneur (pengusaha). Ketika saya mencari makna lain dari writerpreneur menggunakan bantuan openai.com (chatGPT) munculah beberapa tokoh yang menyampaikan pandangannya mengenai writerpreneur ini, di antaranya adalah
1.Jeff Goins seorang penulis dan pembicara yang terkenal, mengatakan bahwa writerpreneur adalah "seseorang yang menggabungkan keterampilan menulis kreatif dengan semangat kewirausahaan untuk menciptakan pendapatan dan pengaruh melalui karya-karyanya sendiri."
2.Kristen Joy seorang penulis dan konsultan bisnis penulis, menggambarkan bahwa writerpreneur sebagai "seseorang yang tidak hanya menulis buku, tetapi juga membangun merek pribadi yang terkait dengan bukunya, mengembangkan produk dan layanan berbasis penulis, dan secara aktif memasarkan karya-karyanya."
3.Joanna Penn seorang penulis dan pengusaha indie yang sukses, mengartikan bahwa writerpreneur adalah "penulis yang menerbitkan buku-bukunya sendiri, mengelola aspek-aspek pemasaran dan penjualan, serta membangun bisnis penulis yang berkelanjutan dengan memanfaatkan peluang digital.
Dari pemaparan pandangan tokoh-tokoh di atas mengenai writerpreneur ini, bisa disimpulkan bahwa writerpreneur merupakan seorang penulis yang mempunyai keterampilan dan motivasi yang kuat untuk berwirausaha dalam dunia tulis menulis, mulai dari pembuatan, penerbitan, strategi pemasaran dan penjualan karya tulisanya atau bahkan membuat platform sendiri untuk menerima hasil karya tulis orang lain yang memanfaatkan teknologi.
Cakupan bidang writerpreneur ini cukup luas karena bukan sekedar belajar menulis saja melainkan belajar juga untuk berwirausaha. Sehingga akan banyak orang juga yang terlibat dan berkolaborasi. Siapa saja mereka? tentunya ada writer itu sendiri, design grafis (desain cover dan layout buku), editor, penerbit dan konsultan penulis.
Dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan baru tentang literasi ini maka pola pikir mereka akan terbuka, mendapatkan inshigt baru dan mengetahui ternyata dari literasi mereka bukan hanya mendapatkan pengetahuan melainkan penghasilan bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk memfasilitasi hal tersebut, yakni :
1.Pelatihan:
Sekolah dapat mengadakan program pelatihan secara gratis tentang writerpreneur yang di tujukan kepada guru dan siswa yang berprestasi dalam bidang literasi sebagai bentuk apresiasi. Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan seperti penulisan kreatif, pemasaran buku, manajemen keuangan untuk penulis, dan kompetensi  lain yang diperlukan oleh seorang writerpreneur. Ini membantu siswa untuk memahami dan memberikan mereka pengetahuan dasar untuk memulai karir sebagai writerpreneur.
2.Seminar/Workshop/Guest Teacher
Sekolah bisa mengundang seorang penulis yang sukses sebagai pembicara atau pemateri untuk berbagi pengalaman dan ilmu mereka tentang bagaimana mereka menggabungkan keterampilan menulis dengan wirausaha kepada warga sekolah. Warga sekolah dapat belajar tentang strategi pemasaran, self-publishing serta bagaimana cara membangun personal branding.
3.Kompetisi Menulis dan Kewirausahaan
Sekolah dapat mengkolaborasikan program kompetisi menulis dengan program entrepreneur. Misalnya siswa secara berkelompok diminta untuk membuat sebuah karya tulis (puisi, cipta lagu, artikel, buku dsb). Siswa dalam kelompok tersebut harus berbagi peran ada yang menjadi writer, designer, promotor, humas yang bertanggung jawab mencari penerbit atau publishing dan presentator yang nantinya akan menyampaikan hasil karya kelompok tersebut. Hasil karya tersebut akan dilombakan dan yang terbaik akan mendapatkan apresiasi berupa reward dari sekolah dan perwakilan orang tua dalam hal ini komite sekolah.
4.Bermitra
Sekolah juga dapat menjalin kemitraan dengan penulis, lembaga penerbit, perpustakaan daerah, dsb. untuk
a.Mengenalkan siswa pada writerpreneurship
b.Memberikan pelatihan tentang dunia tulis menulis, misalnya mengadakan kegiatan "write camp" kegiatan yang mirip dengan camp-camp Bahasa, mengadakan ekskul menulis atau bahkan memasukan kelas khusus menulis dalam kurikulum sekolahnya.
c.Mengadakan workshop menulis sekaligus sampai karya tulis itu bisa publish yang difasilitasi oleh Gramedia misalnya.
Hal ini memberi siswa kesempatan untuk belajar dari orang-orang yang telah sukses dalam bidang tersebut dan untuk mengeksplorasi siswa yang mau berkarir sebagai writerpreneur.
Semoga dengan memberikan sudut pandang baru tentang literasi ini dapat meningkatkan minat literasi pelajar Indonesia karena mereka memiliki p.eran yang krusial bagi keberlangsungan negara di masa mendatang sehingga pelajar harus menjadi orang yang berpengetahuan, berahlakul karimah, berani, kritis, memiliki inetgritas dan mampu menjadi pemberi solusi untuk lingkungannya yang semua itu bisa didapatkan dari literasi. Semoga
Referensi
1)https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/04/214813871/aulia-sungkar-profesi-writerpreneur-alami-pertumbuhan-pesat-di-masa-pandemi?page=all
2)https://detakpustaka.com/mengenal-writerpreneur-profesi-bagi-penulis/
3)https://uici.ac.id/writerpreneur-menjadikan-menulis-sebagai-wirausaha/
4)https://ilmu.lpkn.id/2021/02/13/mengupas-tuntas-writerpreneur-profesi-menjanjikan-di-era-digital/