Â
Â
kembali angin berdesir, berlarian, menepi, ke wajah itu
menyisir jejak, ke pesisir kenangan
                 silam, entah kapan.....bisa demikian
selengkung senyum, terbawa angin, lalu terbenam di merah wajah laut
Â
Â
sinar keemasan jingga di kaki langit,
bahkan tidak mampu menutupi elegi,
mendayu, mengiris, daundaun ingatan
ada setitik terlerai pada sudut bening mata nya,
lalu, mendentum jatuh di bumi nya,
terguncang, menghantam lubuk
                desir angin menari bersama lembar lembar rambut yang memutih
Â
segaris lengkung memerah di ujung beranda malam,
sekumpulan burung, lambat lambat memutar kilasan episode,
selintasan, melukis raut teduh, di riak wajah laut,
selinangan kemudian, menggenang di sudut sipitnya,
ahh,...
Â
angin terus saja menari berselendang hingga ke ujung nya,
selayang pandangan kemudian terbang, merujuk lembar lembar penuh warna
mendesir,
mendentum,
di hamparan bumi nya yang melebam
Â
aku, lelaki itu, yang di-ter-kalahkan...
Â
Â
Â
Â
bandung, 27 juli 2012