Intensitas intelektual yang tinggi mestinya dapat meningkatkan kualitas adab. Dalam hierarki pancasila, ketuhanan yang maha esa berada di atas kemanusiaan yang adil dan beradab, maka tingkatan adab kepada Tuhan harus lebih intens ketimbang manusia.
Namun nampaknya sebagian orang tidak mengindahkan dasar hukum ini, hanya karena demi memenuhi keinginan hawa nafsunya mereka melabrak batasan-batasan hukum yang membuatnya lepas kendali dari jalur kemanusiaan dan menjadi tidak beradab.
Para pejabat kita harus memiliki adab yang berkualitas ini, karena sering kali  para abdi masyarakat ini tingkah laku kebijakannya diluar aspek kemanusiaan, lebih parahnya lagi jika tidak beradab kepada Tuhan. Contoh kasusnya penangkapan para ulama secara sporadis tanpa ada delik alasan hukum yang kuat. Selalu saja dikatakan terindikasi terorisme, kendati (selalu saja) mereka kesulitan dalam memberikan bukti.
Penangkapan para ulama secara paksa tanpa ada motif yang jelas, bukan saja tidak beradab kepada manusia, tetapi juga tidak beradab kepada Allah. Karena ulama adalah pewaris para nabi yang bertugas melanjutkan dakwahnya, selain itu mereka juga merupakan orang-orang pilihan yang secara tidak langusung ditunjuk oleh-Nya untuk menjaga kemurnian agama Islam.
Adab kepada Allah dapat kita realisasikan dengan mematuhi apa yang dikatakan-Nya dalam al-Qur'an dengan kesadaran pemahaman yang tinggi, bahwasanya ayat-ayat itu semata-mata hanya untuk membangun kemaslahatan di muka bumi dan melenyapkan kemadharatan. Tidak ada satu pun ayat-Nya untuk merusak lajur kehidupan umat manusia, semua yang diperintahkannya untuk kebaikan. Sebagaimana disabdakan oleh utusan-Nya, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam,