Ketika bulan puasa sudah mendekati saat saat akhir, mulai dari H minus tujuh atau sepuluh hari sebelumnya, maka istilah mudik sudah menjadi ajang tahunan yang serempak, dari mulai para pegawai kecil sampai para pejabat. Dari mulai mereka yang tinggal di perumahan mewah sampai kepada mereka yang tinggal di kolong jembatan. Sudah sejak dini mereka mempersiapkan segala macam tetek bengek yang nanti akan di bawa serta ke kampungnya. Memang sudah adat istiadat orang Jawa, untuk selalu menjalin tali kekerabatan dan mengunjungi sanak keluarga. Memang sudah adat istiadat orang Jawa, untuk selalu menjalin tali kekerabatan dan mengunjungi sanak keluarga. Ada semboyan mereka yang terkenal itu, "makan gak makan yang penting kumpul".
Secara filosofis, kata udik ini juga memiliki arti hulu sungai, yaitu tempat kembalinya air dari berbagai macam arah berkumpul menjadi satu pada wadah nya semula. Karena menurut kepercayaan yg sekarang masih di pegang oleh orang-orang jawa bahwa; sejauh apapun mereka pergi, pada saatnya mereka harus kembali demi menunjukkan bakti nya kepada orang tua mereka pada apa yang telah mereka dapat di negeri orang (kota). Hal ini juga menunjukkan salah satu dari penghormatan mereka kepada tanah kelahiran yang telah membesarkannya.
Fenomena mudik sebenarnya bukan hal yg jelek, justru saya merasa bangga kepada mereka yang sudah berpa yah payah ngantri tiket bus,dan kereta bahkan pesawat terbang, bahkan beberapa diantaranya sampai merelakan diri tidur di terminal hanya untuk bisa kembali ke kampung halamannya. Walaupun makna mudik itu sendiri sekarang sudah mulai bergeser dari makna awalnya.Tidak jarang mudik bagi sebagian orang sekedar dimaknai sebagai ajang pamer keberhasilan, dan kejayaan selama hidup di negeri rantau.