Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Netizen, antara Serba Tahu dan Sok Tahu

16 Januari 2025   07:10 Diperbarui: 16 Januari 2025   07:10 32 2
Di tengah hiruk-pikuk dunia maya, kita sering dihadapkan pada fenomena "tahu segalanya." Netizen berlomba-lomba berkomentar tentang setiap isu yang viral, seolah-olah menjadi ahli dalam berbagai bidang hanya dengan membaca beberapa potong informasi di media sosial. Fenomena ini menarik, tapi juga memprihatinkan. Banyak dari kita terjebak dalam budaya ingin terlihat tahu segalanya, padahal seringkali justru mempertontonkan ketidaktahuan.

Tidak ada kewajiban bagi kita untuk menjadi ensiklopedia berjalan yang mampu menjawab semua persoalan. Malahan, mereka yang terlalu percaya diri menyampaikan pendapat tanpa dasar ilmu sering dianggap sedang menunjukkan kebodohan oleh orang-orang yang benar-benar paham. Inilah yang seharusnya kita renungkan. Apakah kita ingin sekadar terlihat pintar, atau benar-benar menjadi pribadi yang berilmu?

Diam Adalah Kebijaksanaan
Tidak ada yang salah dengan tidak tahu. Ketidaktahuan, jika diiringi rasa ingin belajar, adalah pintu menuju kebijaksanaan. Misalnya, Anda mungkin belum pernah mendengar tentang aplikasi tertentu yang sedang ramai dibahas. Bukankah itu lebih baik daripada terjebak dalam sesuatu yang sebenarnya tak membawa manfaat? Ketidaktahuan kadang menyelamatkan kita dari hal-hal yang tak perlu.

Sebaliknya, diam saat tidak tahu adalah tanda kedewasaan. Dalam diam, kita diberi ruang untuk belajar, menggali, dan memahami lebih dalam. Daripada sibuk menonjolkan diri di media sosial, lebih baik kita manfaatkan waktu untuk membaca buku, mengikuti seminar, atau berdiskusi dengan mereka yang benar-benar ahli. Saat kita sibuk belajar, perlahan-lahan wawasan kita akan bertumbuh.

Membaca: Gerbang Menuju Pengetahuan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun