Yang pertama adalah peningkatan produktifitas.Dapat dilakukan dengan cara antara lain meningkatkan teknologi pertanian, menggunakan benih-benih unggulan, pengaturan pupuk berimbang, dan sumber daya lain.Dalam ukuran maksimal, potensi hasil panen padi per hektar bisa mencapai rata-rata 8 ton.Bahkan, ada beberapa yang dilaporkan menembus angka sembilan ton.Sementara rata-rata hasil panenan para petani masih berkisar angka 6 ton.
Dan yang kedua peningkatan nilai jual.Para petani dapat meningkatkan nilai jual padi mereka dengan tidak menjual gabah basah di sawah kepada para pengumpul.Memang menjual gabah basah langsung di sawah, yang dikenal dengan sebutan jual tebas, sangat populer di beberapa daerah di Indonesia.Kenapa?Karena dengan system jual tebas, para petani dapat cepat mendapat uang hasil jerih payah mereka menanam padi.Tapi, nilai nominalnya kan bisa dibilang kurang memadai.
Sebaiknya, petani jangan menjual padi tebasan di sawah.Lebih baik, petani melakukan apa yang dikerjakan oleh para pedagang pengumpul.Dengan begitu, mereka akan mendapat keuntungan tambahan yang nilainya bisa mencapai dua kali lipat daripada jika mereka menjual gabah basah di sawah.Selama ini, para pedagang pengumpul mengambil keuntungan mulai dari tebas, pengeringan, sampai digiling.Nah, inilah yang mungkin ke depan sebaiknya dilakukan oleh petani.Jadi, tidak menjual tebas di sawah.Bahkan kalau bisa, sudah menjual dalam bentuk beras.Itu jelas bisa meningkatkan harga jual.Karena selisih sangat jauh.Bisa mencapai dua kali lipat daripada kalau mereka sekedar jual tebas saja.
Ilustrasi tersebut diatas adalah hasil perbincangan penulis dengan H. Rohmat Sarman sang pendiri Kelompok Study Petani Organik (KSPO) Bale Pare Karawang yang sempat dikunjungi di rumahnya di Desa Pasir Kaliki, Kecamatan Rawamerta, Kab. Karawang.
Dengan mengambil contoh di Kelompok Study Petani Organik (KSPO) Bale Pare Karawang, maka semangat untuk memajukan petani kembali tumbuh, ternyata masih ada pemikiran yang cukup cerdas dari sekelompok orang yang tergabung dalam KSPO Bale Pare.Tekad untuk mensejahterakan petani bukan hanya konsep semata tetapi dibarengi dengan kerja nyata melalui pendekatan budidaya padi full organic dan pertanian terintegrasi.Terinspirasi oleh budidaya System Rice Intensification (SRI) yang dikembangkan lebih dulu di Ciamis dan Sukabumi, maka kali ini giliran kabupaten Karawang mulai merintis kearah pertanian organic.
Menurut Rohmat Sarman yang ketua KSPO Bale Pare, “ Pendekatan full organic yang dilakukan di KSPO Bale Pare adalah ijtihad yang diarahkan supaya hasil penanaman padi organic menyamai hasil an-organik, dan Alhamdulillah kami dapat membuktikannya” seperti yang dilansir di website-nya http://www.balepare.org/
Karawang ibarat menyimpan mutiara yang terpendam, di daerah yang mendapat julukan lumbung padi Jawa Barat ini mulai bermunculan kelompok tani tangguh baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun perseorangan.Saat melongok di KSPO Bale Pare penulis terkagum oleh pola pikir yang mereka paparkan, dari A sampai Z dijelaskan bagaimana konsep organic yang mereka lakukan mulai dari pengolahan tanah, persemaian, penanaman, pemupukan sampai penanganan pasca panen.Prasarana penunjang ber-organik pun ia pamerkan satu persatu mulai dari rumah kompos, pembuatan pestisida nabati, pupuk cair dari air kencing, bahkan peralatan laboratorium seperti mikroskup, in-case (untuk perbanyakan isolate agens hayati), peralatan pasca panen (packing kantong plastic), dan alat sablon.Bahkan produk beras organiknya ia uji di laboratoriun pangan UNPAD, dan UGM untuk mendapatkan sertifikat organic di kedua universitas terkenal tersebut.Ini untuk menguatkan bahwa produksi KSPO Bale Pare benar-benar organic dan non-pesticide.Semua dilakukan untuk menepis anggapan sebagian orang yang pesimis tentang budidaya padi organic di Karawang.Menurut Pak Haji Rohmat Sarman, “KSPO Bale Pare akan berusaha secara obyektif dengan pendekatan yang komprehensif membuktikan bahwa Karawang dapat melakukan pertanian organic yang tersertifikasi”, katanya optimis.
Kami ingin aktifitas budidaya pertanian di KSPO Bale Pare “Selaras Alam”, oleh karena itu, untuk mewujudkannya kami menentukan VISI: Towards Organic and Integrated Farming (Kearah Pertanian Organik dan Terintegrasi).
Diakhir obrolan sore itu, Pak haji mengatakan bahwa: “Kami terbuka melakukan tukar saran dengan pihak lain bagi memajukan dunia pertanian organic secara keseluruhan dengan cara berbagi metode, teknologi, jaringan (networking) dan informasi. (uripsr@ymail.com)***