hari ini aku menulis secarik kata
ungkapkan kerinduan untuk bumi ini
merangkai azah untuk pertiwi
Ibu pertiwi sedang menangis
tapi ia terus dendangkan lagu tempoe doelo
tentang tarian musim panen
tentang kisah anak gembala
tentang seruling dayung anak nelayan
tentang tangan-tangan terampil
merenda benang menenun harapan
hari ini aku kembali menulis tentang ini
di buku diary puisi hidupku
hanya untuk menggelorakan harapan
karna
aku takut kehilangan harapan
di tengah corat moret bangsa ini
di tengah kegundahan pluralisme
aku termenung makna kurban hari ini
satu hal
berani tinggalkan rasa amanmu
kembali kayu perahu sampan
kembali genggam pacul
kembali renda benang
Bangun desa dalam tarian kesunyian
bergerak dalam senyap saat embun masih enggan tinggalkan mimpi
berderak tapak jejak buat mentari pagi
Ia petani dendakan "koda"
bait-bait dari sebuah kisah
mereka lantunkan rindu untuk pertiwi
mereka rindu negeri ini berpihak pada mereka
saat anak tanah berkianat pada empunya mamon
harga diri terusik, petani tergerus
erosi budaya pun melanda
Desa dalam kesunyian terus merenda harapan
nyanyian terus bergemah
memanggilmu pulang
bangun pertiwi
bangun Indonesia
minimal belajar kejujuran dari petani
menatap miniatur Indonesia yang kian
tergerus oleh resim Presiden yang lemah dan pengecut
Indonesia bangkit
tarikan tarian petani
dendangkan syair nelayan
.....
Uran Oncu
15 Oktober 2013
Sepenggal refleksi di hari Kurban. Untuk para sahabat Muslim