Sebuah pergumulan terus menerus. Akhirnya, Oktober 2005 aku putuskan tinggalkan desaku di lereng Gunung Api Lewotobi, Flores Timur menuju Jakarta. Tujuan pertama lanjut kuliah dibiayai oleh saudaraku. Namun kisahnya menjadi berbeda, aku harus mandiri. Aku mencoba melamar kerja.
Setiap Hari Sabtu aku membeli koran kompas untuk mencari lowongan. Antar lamaran, langsung diwawancari dan diterima tapi dengan catatan ” JUALAN PRODUK” tertentu. Wahhhhh. Tidak punya kenalan, modal tidak ada, bagaimana bisa sukses? cari kerja dengan Ijazah Diploma, sepertinya cukup sulit karna berhadapan dengan para Sarjana.
Ditengah kesulitan dan keputusasaan aku terus berdoa. Akhirnya di awal Januari 2006 aku mendapat informasi bahwa ada lowongan di sebuah lembaga sosial. Aku mencoba melamar.
Sebuah tantangan, sistim seleksi adalah para peserta wajib mempresentasikan sebuah makalah tentang sebuah topik yang berkaitan dengan Program Kerja Organisasi tersebut. Sebuah tantangan yang menarik bagi saya. Dunia tulis menulis sudah aku geluti sejak SMP dan menjadi “Wajib” saat duduk di bangku SMA.
Aku menyakinkan diriku bahwa aku bisa menjawab tantangan ini. Aku ingin membuktikan bahwa seorang putra petani dari desa terpencil di Flores mampu meyakinkan pimpinan bahwa “Anda tidak salah pilih salah”.
Singkat cerita saya diterima bekerja dan terus belajar, mengalami sebuah proses transformasi. Sebuah perjalanan panjang yang mengajari aku untuk menjadi penatalayan yang responsive.
Semoga bermanfaat.
Catatan harian anak Petani
uRAN oNCU