Â
Pentingnya Air untuk Kehidupan
Penyediaan air bersih merupakan perhatian utama di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, karena air merupakan kebutuhan dasar dan sangat penting untuk kehidupan dan kesehatan umat manusia. Konservasi sumber daya air dalam arti penghematan dan penggunaan kembali (reuse) menjadi hal yang sangat penting pada saat ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah yang berkaitan dengan ketersediaan air bersih seperti penurunan muka air tanah, kekeringan maupun dampak dari perubahan iklim. Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan didasarkan pada prinsip bahwa sumber air seharusnya digunakan sesuai dengan kuantitas air yang dibutuhkan. Prinsip pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dapat digunakan untuk mengidentifikasi alternatif sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
Dengan pesatnya pertumbuhan penduduk berimplikasi pada peningkatan permintaan akan tempat tinggal, dan sebagai konsekuensinya adalah permintaan air bersih bertambah. Dalam kondisi seperti ini, alternatif sumber air seperti pemanfaatan air hujan perlu dipertimbangkan sebagai pilihan menarik yang murah, sehingga dapat mengurangi konsumsi air bersih.
Studi Kasus
Sebagai studi kasus, Saya akan mengambil salah satu contoh yang pernah Saya lihat dan rasakan sendiri yakni keadaan dimana ketika kita harus benar-benar menghargai keberadaan air dan tidak boleh kita sia-siakan seperti yang mungkin kita lakukan selama ini (merujuk pada orang-orang yang memiliki akses cukup mudah terhadap air bersih, termasuk Saya sendiri).
Lokasinya berada Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketika itu Saya pernah ikut melakukan survei bersama teman-teman yang rencananya akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut dan kami menginap disana selama beberapa hari (Saya hanya ikut survei, karena kebetulan Saya melakukan kegiatan KKN dilokasi yang berbeda).
Desa Purwodadi ini termasuk daerah yang kekurangan air. Tanahnya berupa tanah karst yang tidak bisa menyimpan air. Ketika musim kemarau datang, maka akan terjadi kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan air saat musim kemarau, warga setempat membangun suatu Penampungan Air Hujan (PAH). PAH ini fungsinya untuk menampung air hujan pada saat musim penghujan. Nah, air inilah yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan akan air minum dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya saat musim kemarau.
Namun, ketika air di PAH ini habis, maka warga harus membeli dari truk tangki, seharga Rp 100.000,00 sebanyak 5,000 liter. Bagi yang tidak mampu, maka harus mengambil dari sumber mata air kali sureng sejauh 2 km dari pemukiman warga.
Ya, kebetulan disana terdapat sumber mata air yang cukup besar tetapi letaknya jauh dari pemukiman. Warga yang memiliki kendaraan, mungkin terasa sedikit lebih ringan. Tetapi bagi warga yang tidak memiliki kendaraan, maka mereka harus berjalan kaki. Baik menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki tetap tidaklah mudah untuk proses pengambilan air tersebut. Karena disana merupakan daerah pegunungan karst jadi jalannya berbatu dan naik turun.
Kegiatan KKN yang dilakukan teman-teman Saya merupakan tahapan yang kedua, tahapan yang pertama dilakukan setahun sebelumnya. Tahapan pertama tersebut adalah pembangunan sistem pengangkatan air menggunakan tenaga matahari.
Tahapan pertama ini telah dilakukan dengan pencapaian yang sangat baik. Namun permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Purwodadi belum sepenuhnya terselesaikan. Karena belum terdapat komponen penting lainnya seperti: sistem pendistribusian air, pemberdayaan komunitas lokal untuk merawat dan memanajemen sistem, dan belum terbentuk program peningkatan capacity building masyarakat.
Disini Saya tidak membahas tentang teknologi pengangkatan air menggunakan tenaga matahari. Jika memang ingin belajar dan tahu lebih banyak sistem pengangkatan air menggunakan tenaga matahari, silahkan bisa membacanya website resmi pelaksana kegiatan KKN tersebut yakni Komunitas Mahasiswa Sentra Energi (kamase.org).
Jadi untuk tahapan kedua kegiatan KKN adalah melakukan peningkatan kapasitas sistem distribusi air, pendampingan dan pemberdayaan komunitas lokal untuk merawat dan memanajemen sistem, dan peningkatan capacity building masyarakat.
Sumbangan Gagasan
Dari studi kasus diatas, disini Saya mencoba untuk mengkombinasikan beberapa teknologi yang cukup sederhana untuk membuat sistem penampung air hujan (PAH) yang lebih terintegrasi, disertai dengan sistem pendistribusiannya. Sistem ini biasanya disebut dengan Rainwater Harvesting System (sistem pemanenan air hujan).
Rainwater Harvesting
Rainwater Harvesting (RWH) atau Pemanenan Air Hujan merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih.
Komponen sistem rainwater harvesting
Sistem RWH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: area penangkap air hujan, saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan, filter, reservoir, saluran pembuangan, dan pompa.
Area penangkap air hujan merupakan tempat penangkap air hujan dan bahan yang digunakan dalam konstruksi permukaan tempat penangkapan air hujan mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan. Bahan-bahan yang digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak beracun dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air hujan. Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat seperti alumunium, besi galvanis, beton dll. Gambar di bawah ini menunjukkan skema ilustrasi sistem RWH dengan menggunakan atap dan permukaan tanah.
Sistem pengaliran air hujan biasanya terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap ke tangki penyimpanan. Saluran pengumpul atau pipa mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat tertampung semaksimal mungkin.