Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Henry Sanaga Prastyo, Eksistensi dan Sebuah Terobosan atas Cangkang Keong Sawah

24 Mei 2012   05:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 258 0

Perkenalkan namaku Henry Sanaga Prastyo. Setidaknya, saat aku mulai mampu menggunakan kesadaran akal budiku, ternyata nama itulah yang diberikan oleh kedua orang tuaku tercinta. Kesadaran akan namaku sendiri juga beriringan dengan kesadaran bahwa aku lahir dan berada di tengah keluarga dengan enam orang bersudara, dan akulah yang berada pada posisi anak terakhir. Aku lahir pada tanggal 22 Agustus 1990 di sebuah kota yang sebenarnya cukup jauh dari keberadaanku saat ini, yaitu Semarang. Semarang, sebuah kota dengan sejuta pengalaman masa kecilku, yang mungkin aku akan ceritakan pada lain kesempatan. Di kota inilah aku menemempuh pendidikan dasarku, mulai dari SD Negeri Godong 1, berlanjut ke SMP CITISCHOOL, dan kemudian SMU Kristen Krista Mitra.

Seperti sudah aku katakan sebelumnya bahwa saat ini aku telah berada jauh dari kota tempat kelahiranku dan sejuta kenangan di dalamnya, namun akan tetap selalu hidup dalam hatiku. Sulit untuk aku mengerti pula bagaimana aku bisa sampai di sini dan saat ini. Aku berusaha untuk menemukan maknanya pun akan membuatku merasa lelah. Eksistensiku di sini dan saat ini pun aku ingat dan yakin betul belum pernah terbayangkan saat-saat aku masih asyik bermain dengan teman-teman sebayaku di masa kecil. Kalaupun ingatanku itu salah, bisa dimakluki bahwa masa kecilku sudah cukup lama berlalu. Yang pasti aku ingat jelas, keberadaanku di sini dan saat ini demi menyongsong masa depan yang lebih baik. Demi cita-citaku untuk menjadi seorang peneliti. Aku ingin menjadi seorang peneliti karena semangat eksplorasi dan inovasinya yang tinggi di baliknya.

***

Aku saat ini menemukan keberadaanku di kota Surabaya, banyak orang menyebutnya sebagai kota Pahlawan. Karena memang di masa lampau banyak muncul pahlwan di kota ini. Lebih lanjut, aku menemukan keberadaanku saat ini sebagai seorang mahasiswa semester VIII Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS). Tanpa terasa pula sudah hampir genap empat tahun aku menempa diriku di kawah candradimuka ini. Aku telah mendapatkan banyak pengetahuan di tempat ini, bukan hanya pengetahuan yang menutrisi otakku semata lebih-lebih pengetahuan akan kesiapan dan keberanian menghadapi realitas hidup.

Di Universitas ini aku menempa diriku sedemikian rupa, seperti sebuah keris yang ditempa sedemikian rupa oleh empunya. Akupun demikian menempa diriku di bawah bimbingan para pengajar, teman-teman, dan sistem yang ada di dalamnya. Hal ini terbukti dengan keikutsertaanku dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ada, seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Tahun ajaran 2009/2010 sebagai anggota, Panitia Lomba Chemical Engineering Challenge and Competition (CECC) tahun 2010 sebagai anggota Sie Publikasi dan Dokumentasi, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Tahun Ajaran 2010/2011 sebagai anggota.

Hingga akhirnya, hasil tempa diriku sedikit demi sedikit membuat aku semakin berkualitas. Sekali lagi ibarat sebuah keris, aku mulai menjadi keris yang semakin mempunyai keindahan pamor yang mendalam. Sorry… bukan ingin menyombongkan diri, namun lebih berusaha menampilkan sebuah kejujuran, bahwa aku mampu meraih banyak prestasi dalam masaku menempa diri di Universitas atau kawah candradimuka ini. Antara lain, Juara 2 lomba Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-10 tahun 2011, Pemenang Cleanergy fair tahun 2011, Meraih Best Award pada ajang lomba International Invention & Innovation Exhibition (i-ENVEX 2012), dan Meraih Gold Medal pada ajang lomba International Invention & Innovation Exhibition (i-ENVEX 2012). Penghargaan terakhir inilah yang sungguh membanggakan bagiku. Penghargaan ini membuat eksistensiku dan Universitasku sampai ke negeri seberang, Malaysia. Seorang anak Semarang mampu “berbicara” sampai di Malaysia.

***

Aku tersentak dan tersadar dari lamunanku... ternyata sudah beberapa jam berlalu ketika aku mengingat dan merefleksikan kembali keberadaan diriku di tengah realitasku saat ini. ahh… seperti biasa hari ini Surabaya serasa panas bukan main. Aku teringat bahwa hari ini aku ada janji dengan pihak HUMAS Universitas untuk melakukan wawancara seputar kejuaraan yang baru saja aku dan rekanku menangkan di Malaysia. Ya… mau bagaimana lagi sudah dari kemarin mereka menghubungiku. Maka berangkatlah aku bersama rekanku ke kantor HUMAS Universitas.

Sesampai di sana, aku bertemu dengan seorang gadis pegawai HUMAS yang akan mewawancari aku dan rekanku. Aku memberikan penjelasan kepadanya bahwa kejuaraan ini diikuti oleh sekitar 300 orang peserta yang berasal dari 13 negara. Aku menjelaskan kepadanya, dalam kejuaraan ini, aku dan rekanku menampilkan sebuah hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuatan bio diesel yang berasal dari limbah cangkang keong sawah. Lebih dalam, cangkang keong sawah yang selama ini sering dianggap mengganggu oleh para petani, berusaha aku ubah menjadi sebuah benda yang bernilai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia.

Penelitian ini memang berawal dari sebuh keprihatinan akan keberadaan dari minyak bumi sendiri yang secara perlahan akan habis karena peningkatan penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan dalam berbagai aktivitas.Karena minyak bumi tidak dapat diperbarui, pencarian bahan bakar alternatifmulai dilakukan oleh banyak peneliti. Salah satu bahan bakar alternatif yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun adalah biodiesel. Biodiesel dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis homogen (cair) atau heterogen (padat).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan katalis heterogen baru dari cangkang keong sawah. Untuk menguji efektivitas katalis, dilakukan reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit. Penelitian ini dibagi menjadi beberapa proses: persiapan dan karakterisasi bahan baku, katalis padat, transesterifikasi minyak kelapa sawit, karakterisasi biodiesel. Cangkang keong sawah dikalsinasi (dibakar) pada suhu 900°C selama dua jam untuk mengkonversi CaCO3 menjadi CaO. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan memvariasikan perbandingan mol antara minyak dengan metanol dan jumlah dari katalis. Dari hasil penelitian, Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa cangkang keong sawah dapat digunakan sebagai katalis yang efektif untuk pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Hasil maksimal yield biodiesel yang diperoleh adalah sebesar 96%.

Gadis HUMAS ini terlihat sangat antusias mendengarkan ceritaku. Hmm… namun aku sedikit skeptis bahwa ia sungguh-sungguh memahami penjelasanku panjang lebar mengenai penelitian yang aku lakukan dengan rekanku. Bukan bermaksud untuk mengartikecilkan semangat dan kemampuan inteleknya. Namun memang term-term bahasa yang ada dalam Kimia memang khas dan agak sulit untuk dimengerti. Aku yakin kalian yang membaca tulisan inipun tidak bisa secara langsung dapat memahami. Secara mudah, aku dapat meringkas bahwa menggunakan cangkang keong sawah yang memang mengandung kalsium dan zat-zat lainnya untuk mengganti bahan baku dari bahan minyak bumi. Memang penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi. Karena memang yield yang dihasilkan masih kurang dari standar yield dalam sebuah pabrik.

Ya… akhirnya selesai juga wawancaraku gadis pegawai HUMAS ini. namun hal tersebut bukanlah akhir, melainkan sebuah langkah yang harus selalu bergerak. Bergerak untuk terus meraih mimpi dan cita-cita. Penuh harapan pula banyak generasi penerusku di Universitas ini untuk menciptakan dan menghasilkan terobosan-terobosan baru demi kebesaran dan tradisi akademisnya. Salam… (Kristo)

Sumber artikel dariwww. wima.ac.id

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun