Dan sehelai benalu dikumpulkan dengan benalu sekembarannya
Raja pendusta pada penjaga neraka menggugat tanya
aku dimanakah ?
Kau tertawan di mulut sekam neraka terdalam
terlepas nyawamu
serangan jantungmu
ketika satu ranjang dengan wanita bukan istrimu
kini saatnya kau rasa pedih
penghuni lautan api yang mendidih
Apakah hanya itu dosa yang kutimbun ?
kudengar Tuhan Penyayang dan Pengampun ?
Saat penduduk negeri dipaksa pejamkan mata dengan gigil nyeri lapar
putus sekolah karna tak mampu bayar
rumah jalanan ranjangnya becak yang bersandar di sudut trotoar
berobat ke dukun kemudian mati terkapar
kau rampas uang pajak mereka
bisik-bisik, tipu-tipu, slintat slintut, dan foya-foya
Wahai Zabaniyah penjaga neraka
fitnah semua apa yang kau dakwakan
tak mengertikah aku ini korban tuduhan
Atit si pencatat amal tergoda rayuan setan
Wahai raja para pendusta
bisa-bisanya di alam keagungan masih bersilat lidah
di dunia fana berkilahlah sepuasnya
tapi disini maaf sajalah, takkan bisa
Wahai mulut si pembual berbicaralah
sebelum tubuhmu terpanggang lemah
beri kami kabar kepada siapa belajar tentang berdusta
Aku belajar berbohong pada ayah
saat mengeluh tak punya biaya sekolah
tapi kepulan asap rokoknya tiada liburnya
Aku belajar berbohong pada ibu
katanya ada setan di depan sana
supaya aku lekas masuk ke dalam rumah
Aku belajar berbohong pada pak guru
katanya daripada bikin malu sekolah
mending ujian menyontek saja
Aku belajar berbohong pada presiden dan wakil rakyat
Saat kampanye negeri seperti menjelang sejahtera dan selamat
tapi setelah derajatnya terangkat
mereka berkata memperbaiki negeri butuh waktu yang tidak singkat
Aku belajar berbohong pada para pedagang dan makelar
cacatnya didiamkan, bagusnya dibuat besar
dan berkata barang yang terbeli tak dapat ditukar
Aku belajar pada tukang fitnah
sembunyikan jasanya , buat suatu cela jadi nyata
Di hadapan-Nya
Kini aku raja pendusta
menerima segala hukuman siksa
dengan pasrah dan tanpa bisa lagi berkilah
Mashhad, Iran
17 Mei 2014
Zia Muthi Amrullah