Kamis sore kemarin, seorang stafku, Nuky, masuk ke ruangan mungilku. ‘Saya mau ijin bu, ibu saya masuk rumah sakit di Garut, stroke. Beritanya baru saja saya terima’. Aku melirik jam dinding di seberang sana. Pandangan mataku membuatnya bergerak melihat jam tangannya. ‘Tapi tanggung ya bu, tinggal satu jam lagi’, demikian katanya membatalkan kalimat permintaan ijin sebelumnya. Aku mengangguk menyetujui. Menunda satu jam kepulangannya dari kantor, tidak akan berarti banyak dengan keberangkatannya nanti dari rumahnya ke Garut. Namun cukup berarti bagi konditenya dan penalty yang harus dia terima sebagai aturan karena ia pulang cepat.