Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Cahaya Terakhir yang Redup Ditelan Malam

1 Agustus 2012   00:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23 228 2
Puasa, samar-samar mulai memucat

Meninggalkan hulu tepian ramadhan

Melewati sabana dzikir seindah mimpi

Bersama arus yang deras menuju hilir fitri

.

Untuk sementara waktu...

Ramadhan bagai insektisida dosa

Memerangkap nafsu yang merenggut keliman iman

Bagai terlindung oleh hawa musim semi yang lembut

.

Bulan-bulan lain akan datang

Yang penuh asap aromatik dari sianida dunia

Tawarkan dosa yang minta dihapus di ramadhan berikutnya

Tapi, mungkinkah akan dipertemukan dengan ramadhan-Nya?

.

Selalulah berpikir secara elegan

Bahwa besok tak ada lagi waktu untuk menjemput ajal

Kini saatnya mencari bekal untuk sisa perjalanan pulang

.

Setidaknya kita telah diberi-Nya kesempatan

Seperti cayaha terakhir dari matahari tenggelam

Yang redup ditelan malam

.

Berterimakasihlah kepada Tuhanmu

Yang telah memberi banyak nikmat

Dari yang seharusnya layak diterima

Seraya menyelipkan ibadah ekslusif

Dalam setiap denyut dzikir sakral

Tercakup dalam satu kalimat tunggal

La ilaha ilallah Muhammadur-Rasulullah

.

Lalu menangislah...

Mohon ampun padaNya

Jangan pernah menangis dan bersedih

Jika hanya kehilangan harta bendamu

Tapi menangislah karena dosa-dosamu

Dan merosotnya nilai-nilai keimananmu

~*~

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun