Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Blogshop A to Z Kompasiana, Percaya Diri Mengusung Karya Sendiri

11 April 2020   17:58 Diperbarui: 12 April 2020   02:38 155 26
"Mba sudah daftar?"

"Belum."

Seorang teman bertanya padaku. Mengenai acara yang digelar Kompasiana kala itu, blogshop A to Z Kompasiana live streaming. Sehari sebelumnya aku masih tak yakin bisa mengikuti. Mengingat jam tayang sore hari aku pun ragu, sanggupkah membagi?

Bagiku sore belumlah rehat. Aku masih berkutat mengurus anak juga memasak. Ya, sejak school from home dan work from home, jam tayang emak di dapur semakin meningkat. Pun jadwal mendampingi mengurai tugas sekolah anak kian padat.

Apalagi kini sudah jarang membeli makanan jadi, sehingga apapun serba dimasak sendiri. Dari sayur, lauk, hingga snack. Alhasil waktu emak di dapur jadi semakin banyak. Tak apa demi kebaikan suami dan anak-anak. Toh jadi lebih sehat walau rempong sangat.

Maka dari itu aku berpikir kembali untuk bisa mengikuti. Acara blogshop A to Z Kompasiana, yakinkah berhasil tanpa ada gangguan di sana sini?

"Gak apa-apa bisa disambi kok mba."

Kembali temanku memberi semangat. Agar aku bisa mengikuti acara tersebut walau sembari memasak. Baiklah, akhirnya akupun segera klik tombol "daftar" pada link yang sudah disediakan. Esok harinya temanku mengatakan bahwa akunku sudah tercantum dalam daftar.

Oke. Meski aku masih belum yakin bisakah menyimak sembari memasak? Aha, rupanya itu pertanyaan yang sulit ditebak. Belum lagi terdengar teriakan anak-anak. Tentu menambah keraguanku semakin memuncak. Sudahlah, kita lihat saja apa yang akan terjadi, saat emak menyimak sebuah acara blogshop ini.

Next. Jam di dinding menunjuk pukul 15.00 WIB. Saat itu aku masih terlilit beragam tugas. Berkutat dengan loyang dan kompor yang menyala. Bersiap pula menyiapkan sajian berbuka.

Anak-anak pun belum mau mandi juga. Wah bisa nyampe gak ya waktunya? Tik tok tik tok. Jarum jam pun terus berjalan memotong waktu. Seakan tak mau tau bagaimana resahku. Ahay.

Dan. Saat yang ditunggu pun akhirnya tiba. Tepat pukul 16.00 WIB. Alhamdulillah aku berhasil menyelesaikannya. Ya, serangkaian tugas yang harus dieksekusi. Meski tersisa satu acara memasak snack yang masih menanti, tak apa. Aman. Pikirku kemudian.

Aku pun duduk di kursi dapur dekat dengan kompor yang masih kunyalakan. Tanganku terus mengulur adonan kue. Mataku tak lepas dari layar hape. Snack dalam loyang aku panggang sembari menyimak sesi awal blogshop yang mulai tayang.

Tetiba anganku melayang. Baru kurasakan begini asyiknya mengikuti acara blogshop secara live. Emak bisa turut menyimak sembari memasak. Wow.

Betul juga. Coba kalau macam acara workshop yang harus hadir di satu tempat bahkan meluncur ke luar kota. Pasti tak terbayang rasa. Emak pun tentu tak bisa turut serta. Sudah dipastikan kerepotanlah yang menjadi alasan utama.

Nah, jika acara seperti ini. Emak tak perlu beranjak. Sejenak, bisa menyimak di tempat walau belum kelar memasak. Pun teriakan anak-anak yang kerap hadir tak hanya sesaat. Beruntung sore itu suami segera sigap mengamankan anak-anak barang sejenak. Terimakasih Pak'e.

Pikiranku berlanjut pada hal lain. Menulis. Ya, saat pemateri, Mbak Widha Karina mulai membuka sesi inti. Beragam rasa mulai terurai. Bayang note gawai yang kerap kugapai. Menulis lalu post di Kompasiana. Wah, ternyata begini yang ada di balik layar selama ini. Para kru yang begitu teliti. Memilah pun memilih beragam artikel yang singgah di laman redaksi.

Aku mulai tertawa sendiri. Apalah aku ini hanya seorang emak biasa yang nekat turut serta. Beradu dengan para penulis ternama. Berpadu warna pun warta bergulir beragam aksara.

Mereka hebat, tentu saja. Ternyata aku hanya remah kecil yang nyempil disela-sela area kata. Barangkali teramat sederhana. Ah tak mengapa. Toh karya yang aku bawa milik sendiri, bukan plagiasi.

Percaya diri dengan karya sendiri. Ya, kiranya itu yang aku garis bawahi dari serangkaian acara yang diungkap Mbak Widha. Disamping banyak hal lain yang terkait dengan optimasi konten di blog Kompasiana.

Orisinalitas menjadi hal utama. Beberapa kali beliau mendengungkan kata manis penuh makna. Sebagai catatan tersendiri untuk menghargai karya.

Bagiku ini merupakan sebuah pesan. Agar bisa mengusung karya sendiri bukan milik orang. Meski mungkin milik sendiri terlampau sederhana, tak perlu dirisaukan. Percaya diri menjadi hal penting untuk menciptakan seni dalam merangkai untaian diksi.

Meski aku hanya seorang emak biasa. Yang sudah pasti bukan orang istimewa. Bahkan mungkin teramat sederhana tuk menguntai sebuah karya. Namun satu yang kutancap kuat. Aku pantang menjiplak karya orang. Semangat menulis yang selalu kuingat. Pun percaya diri kusemat erat. Ya, percaya diri mengusung karya sendiri.

Tak perlu malu dan ragu menulis hal biasa. Bahkan mungkin akan dipandang sebelah mata. Justru kita harus bangga. Sebab menulis belum tentu semua orang bisa. Katanya begitu ya? Hehe aku pun hanya mencoba mempraktekannya.

Meski terkadang aku disinggahi rasa tak percaya diri. Namun kembali aku bangkit untuk terus mengusung karya sendiri. Dengan segala keterbatasan yang aku miliki. Dibalik itu aku yakin, suatu saat tulisan kita akan memiliki nyawa tersendiri.

Dan aku tak kan memungkiri. Meski hanya remah kecil aku tak peduli. Yang penting aku percaya bahwa karya sederhana bukan tak istimewa. Hanya butuh waktu menemukan pembaca.

Jadi, tak perlu risau dan berkecil hati untuk tetap percaya diri membuat karya sendiri. Seperti kue yang aku buat, meski tak istimewa namun aku bangga bisa menyajikannya untuk keluarga. Begitulah yang aku rasa.

Wah tak kusangka saking asyiknya menyimak Mba Widha satu loyang kueku gosong semua. Ahahaha tak apa yang penting kue ini orisinal buatanku sendiri. Meski gosong hampir menyelimuti di semua sisi. Baiklah salam untuk kue gosong tadi. Eh, salam literasi. Tetaplah percaya diri mengusung karya sendiri.






Niek~
Jogjakarta, 11 April 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun