Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Merenung Tambang, Memahami Harga Kehidupan dan Nilai Penghidupan

11 Februari 2015   08:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 538 0
Prolog Ketika terpilih mengikuti Newmont Bootcamp, banyak hal yang terpikirkan, mulai dari catatan perjalanan hingga makna di balik peristiwa yang akan saya hadapi. Juga berbagai hal skeptis yang menurut saya sebagai awam membuat kontra terhadap usaha pertambangan asing di negeri ini. Tenang saja, saya jamin tulisan ini tidak dipenuhi istilah-istilah teknis yang mungkin tidak nyambung dengan masyarakat umum, hanya ring a bell untuk mahasiswa terkait sumber daya alam, metalurgi, dan sejenisnya.  Bagus sebenarnya. Tapi tergantung audiensnya. Kayaknya pembaca blog saya kurang paham, dan saya juga malas menjelaskan (karena takut salah hehe). Dari sekian catatan Day 1Day 1, Day 1, Day 1, Day 2, Day 3, Day 4, Day 5, Day 6, Day 7 dan Day 8 (updateable yach, more to write!) di lokasi tambang tembaga Batu Hijau dan Perkampungan masyarakat sekitar tambang, mungkin tulisan ini semacam summary yang saya dapatkan. Juga perenungan. Tentang apa yang saya pikir sebelum melihat sendiri tambang dan apa yang saya simpulkan setelah melihat tambang dan bergaul dengan karyawan PT Newmont Nusa Tenggara (selanjutnya disebut NNT) maupun masyararakat sekitar tambang. Ya, saya menginap di rumah warga di Maluk dan Sekongkang. Tulisan ini juga merupakan bagian yang saya dan teman-teman Group 2 masukkan ke dalam presentasi kami di hari terakhir di hadapan beberapa stakeholders tambang, dan juga berisi berbagai renungan dan rekomendasi untuk ke depan bagi kesejahteraan masyarakat Sumbawa pada khususnya maupun Provinsi NTB pada umumnya. Buat Aku Menjadi Berharga! Ya, kata kunci diatas merupakan satu kalimat yang saya dan teman-teman rumuskan sebagai representasi kehidupan tambang dan bagaimana tambang dapat menjadi sumber kesejahteraan masyarakat lokal, bukan hanya kerukan dan perusakan. Memang, tambang tembaga NNT Batu Hijau yang diresmikan pada tahun 2000 lalu oleh Gubernur NTB, Harun Al Rasyid seakan menjadi momok, namun sebuah koin mata-uang yang berpasangan. Di satu sisi, aktivitas ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun disisi lain menjadi sumber perusakan alam serta terbangnya “duit” ke negeri orang. Seperti itu umumnya kita duga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun