Menguji hipotesa ini adalah salah satu tugas wahana kembar NASA yang dinamakan GRAIL (Gravity Recovery And Interior Laboratory). Hipotesa Dwi Bulan Martin dan Erik akan gugur bila umur bebatuan di sisi gelap tidak lebih tua daripada sisi terang.
Sekitar empat milyar tahun yang lalu, Bulan terbentuk sebagai sempalan lelehan material, setelah planet Theia dan Bumi bertabrakan. Sempalan itu mencelat ke angkasa dan menjadi dua satelit. Satelit pertama adalah Bulan yang sekarang terlihat di langit. Satelit kedua berukuran lebih kecil, kira-kira sepertiga ukuran Bulan sekarang.
Selama beberapa waktu, satelit kecil itu bertahan hidup. Namun akibat posisinya yang labil, pada satu ketika dia jatuh di haribaan saudaranya yang lebih besar. Si adik kecil jatuh cukup lambat, tapi energi benturan cukup panas untuk melumerkan permukaan Bulan.
Lumeran yang membeku membentuk permukaan mulus yang sekarang kita lihat. Ada pun sisa-sisa selebihnya terlempar dan jatuh di sisi gelap Bulan. Oleh karena itu lah, bebatuan di sisi terang semestinya lebih muda karena membeku lebih belakangan dibandingkan sisi gelap. Bagian yang gelap, semestinya lebih tua, karena lahir bersama kelahiran Bulan itu sendiri, baik si kecil atau saudaranya yang bongsor.
Selama ini kita hanya bisa melihat sisi terang itu karena rotasi Bulan seirama dengan perjalanan keliling Bumi. Sewaktu bagian bergunung-gunung ini menghadap Bumi, posisi Bulan berada di 'bulan mati'.