Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kawin-mawin dan Dagang Redakan Konflik SARA

15 April 2010   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:47 168 0
Sejak 1945 sekurangnya 15 juta orang telah mati akibat kekerasan berlatarbelakang etnis, walaupun pemicunya belum tentu perbedaan SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan). Di Bumi sekurangnya terdapat 5.000 kelompok etnis, sementara hanya ada 190 negara. Jelas sudah bahwa jarang ada negara yang terdiri dari satu etnis belaka. Negara yang paling kaya etnis terutama di Afrika, dan malah di sana nyaris tidak ada etnis mayoritas.

Sampai sekarang belum ada penjelasan yang memadai, mengapa ada negara multi-etnis yang rusuh sementara negara lainnya damai. Yang sudah jelas, mitos kerusuhan etnis karena "dendam lama" (misalnya di bekas-Yugoslavia ) hanya isapan jempol untuk mencari dukungan. Kawasan itu pernah mengalami masa-masa damai karena perdagangan dan perkawinan-lintas etnis.

Beberapa di antara penjelasan umumnya melihat faktor kekuasaan yang selama ini melindungi minoritas (kasus India 1947), atau kurang matangnya demokrasi--rebutan kekuasaan (dilontarkan oleh Jack Snyder dalam Dari Pemungutan Suara ke Pertumpahan Darah (KPG, 2003). Tegangan etnis  ditemukan surut di negara yang sudah lazim dengan perkawinan lintas-etnis seperti di Thailand (Thailand dengan Cina, atau pendatang Taiwan dengan penduduk lokal Taiwan). Ada lagi kasus redanya ketegangan etnis di Russia akibat penerapan pasar-bebas.

Kekerasan berlatarbelakang SARA yang tergolong parah misalnya perang sipil di Rwanda pada 1994. Sekurangnya satu juta orang tewas dan tiga juta lainnya mengungsi. Pada 1947 meletus kerusuhan etnis di India yang mengakibatkan ribuan orang tewas dan 12 juta mengungsi.

Kawasan yang paling padat keragaman etnis di dunia adalah sub-Sahara. Di tempat itu terdapat 1.300 kelompok bahasa untuk 42 negara. De-kolonialisasi di tiga-per-empat negara di kawasan itu disusul dengan perang perebutan kekuasaan. Nigeria, terhitung sebagai negara yang rentang masalah etnis sekaligus agama. Di sana puak Hausa, Fulani, Yoruba, dan Ibo berebut kekuasaan.

Tak heran kalau  negara itu sudah enam kali dilanda kudeta militer dan dua perang sipil sejak merdeka dari Inggris pada 1960.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun