Seberapa jauhkah jarak yang memisahkan kita. Satu spasi. Hanya satu spasi.
Bila dahulu kita tanpa spasi. Sekarang antara aku dan kamu ada spasi. Dan aku sendirilah yang menekan tombol spasi itu. Dengan sadar. Tanpa paksaan.
Spasi, atau space dalam Bahasa Inggris, yang berarti ruang. Saat aku menekan tombol spasi, akan tercipta rongga antar huruf atau antar kalimat. Pemisah. Dan aku baru menyadarinya. Tombol spasi yang kutekan itu ternyata benar-benar menciptakan ruang yang memisahkan kita. Aku mengetik kata “kita” tanpa spasi. Sekarang aku mengetik “aku dan kamu”, ada spasi diantaranya. Benar-benar nyata. Ruang khayal namun nyata dalam hidupku.
Dulu aku selalu menuliskan “kekasih”. Sekarang aku menuliskan “mantan kekasih”. Lagi-lagi ada spasi yang memisahkan. Tetapi aku tak bisa mengetikkan “musuh” dengan spasi. Aku tak mau memilihnya. Aku masih ingin menjadikanmu “teman” atau “sahabat”.
Mungkin aku yang terlalu polos. Kertas putih hidupku terlalu penuh dengan spasi. Sehingga kalimat, kata dan huruf dalam kehidupanku tidak mempunyai makna. Masih pantaskah aku untuk hidup?
Berapa orang yang akan menangis saat aku mati?
Satu pertanyaan bodoh yang selalu dilontarkan orang-orang kesepian. Dan kini aku kesepian.
Pangkalpinang, 21 April 2010