Pikiran Ma'e pun melayang ke masa lalu. Saat itu tanaman katuknya sedang tumbuh lebat daun mudanya. Melihat hal itu Ma'e ingin memetiknya untuk Bu Sholihah, sahabatnya yang suka memasak sayur bening daun katuk, karena suami dan cucu-cucunya suka makan dengan sayur bening katuk. Lalu Ma'e pun menghubungi sahabatnya lewat WA.
[25/3 12.01 PM] Ma'e: Assalamualaikum bu Sholihah. Apa kabar? Daun katuk yang muda di rumah sudah banyak. Tidak ingin masak sayur bening daun katuk?
[25/3 12.02 PM] Bu Sholihah: " Wa'alaikumsallam.
Alhamdulillah kami sekeluarga sehat. Walaupun terkadang hati dan fikiran belum bisa melupakan nanda tercinta. Insya Allah besok saya mau masak sayur bening."
[25/3 12.25 PM] Ma'e: "Alhamdulillah. Siap mengeksekusi si katuk besok. In Syaa Allah."
Esoknya. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah dan rutinitas sehari-hari lainnya, Ma'e memetik pucuk-pucuk daun katuk yang tentu saja masih muda.
Setelah pucuk daun katuk terkumpul banyak, Ma'e memasukkannya ke dalam kantong plastik. Ma'e menambahkan daun kemangi ke dalam kantong plastik.
Ma'e merapikan busana muslimah dan jilbabnya. Dengan balutan kaos kaki hitam dan alas sandal jepit, Ma'e berjalan menuju rumah sahabat yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumahnya.
Sampai di depan rumah berlantai dua, Mae mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Wa'alaikum sallam!" Sahut Qonita puteri bu Sholihah sambil membukakan pintu.
"Mama ada, mbak?" Tanya Ma'e.
"Ada Bu. Di dapur!" Jawab Qonita.
"Langsung ke dapur, Bu!" Pinta suami bu Sholihah.
"Baik, pak. Terima kasih!" Jawab Ma'e sambil melangkahkan kaki menuju ke dapur. Ma'e meletakkan kantong plastik berisi daun katuk di meja dapur.
"Terima kasih Ma'e.
Mari Ma'e duduk dulu di sini." Kata Bu Sholihah.
Ma'e duduk di salah satu kursi makan yang ada di dapur bunda Sholihah.
"Lama kita tidak ngobrol. Saya sendiri belum sempat ke rumah Ma'e karena banyak urusan." Kata bu Sholihah sambil menuangkan kolak kacang hijau ke dalam sebuah mangkok.
"Tidak mengapa. Yang penting persahabatan kita tetap terjaga. Semoga sampai ke surga. Aamiin Yaa Robbal'alamin," sahut Ma'e.
Bu Sholihah meletakkan semangkok kolak kacang hijau di depan Ma'e.
"Mari dinikmati kacang hijaunya," kata Bu Sholihah mempersilakan.
"Alhamdulillah. Terima kasih!" Ucap Ma'e sambil menyendok kolaknya.
"Maaf cuman sedikit." Kata Bu Sholihah
"Alhamdulillah nikmat sekali. Nih, mangkoknya langsung bocor!" Kata Ma'e sambil menunjukkan mangkoknya yang sudah kosong.
"Bagaimana kabar mbak Fuji yang terpapar Covid-19 itu, Ma'e? Apa sudah sembuh?" Tanya bu Sholihah.
Mbak Fuji adalah nakes sebuah rumah sakit, tetangga yang tinggal di dekat rumah Ma'e yang pernah terpapar Covid.
"Alhamdulillah sudah sembuh dan sekarang sudah kembali bekerja di rumah sakit." Jawab Ma'e.
"Saya belum sempat ke rumah mbak Fuji. Karena masih banyak urusan. Badan saya sendiri sering kurang sehat sepeninggal anak saya."
Beberapa bulan sebelumnya anak lelaki bu Sholihah meninggal dunia karena tumor kelenjar getah bening.
"Ya Bu. Mungkin Bu Sholihah kecapekan. Habis mengurus anak sakit terus-menerus. Juga kurang istirahat dan asupan makanan. Sehingga daya tahan tubuh menurun..."
"Saya memang kurang istirahat dan kurang selera makan. Ya bagaimana saya bisa makan? Kalau saya masih belum bisa melupakan anak saya yang meninggal," kata bu Sholihah dengan nada sedih.
"Ya Bu. Memang sulit melupakan anak yang sudah meninggal. Apalagi mas Firman anak yang berbakti..."
"Ya Bu. Firman itu anak yang patuh dan rajin. Posisinya mau dinaikkan ke level yang lebih tinggi. Tetapi, Allah berkehendak lain." Kata bu Sholihah sambil matanya menerawang jauh.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali."sahut Ma'e.
Tak lama kemudian Ma'e pamit pulang. Mengingat sederet pekerjaan menantinya di rumahnya seperti memperbaiki rak tanaman Anggrek, membelah bambu untuk lanjaran, menggergaji batang pohon mengkudu yang terlalu tinggi dan mengemasi barang-barang karena mau pindah ke rumah kontrakan baru.
Beberapa bulan berlalu. Kini, Ma'e tinggal di rumah kontrakan baru. Type 36. Halaman rumahnya sempit. Meskipun demikian, penuh dengan berbagai tanaman. Selain tanaman hias seperti aneka jenis kaktus dan anggrek. Juga ada tanaman sayuran seperti cabe, tomat, bawang prei, seledri, kemangi, bayam, kangkung, kelor dan katuk.
Setiap melihat tanaman katuk di depan rumahnya penuh dengan pucuk daun katuk muda, Ma'e selalu teringat sahabatnya dan ingin memetiknya. Lalu menyerahkannya kepada sahabatnya yang biasa Ma'e panggil Bu Sholihah.
Tetapi, hari itu Ma'e mendengar kabar sahabatnya jatuh sakit. Awalnya Ma'e mengira bu Sholihah terkena typhus sebagaimana kabar yang beredar. Tak berapa lama kemudian, hari Selasa malam Ma'e mendengar kabar bahwa bu Sholihah masuk IGD rumah sakit swasta di Bondowoso karena sesak nafas akibat terpapar Covid. Beberapa hari setelah itu, tepatnya hari Ahad malam ada berita bahwa Bu Sholihah meninggal dunia. "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un" Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.
Semoga Allah ta'ala mengampuni dosa-dosanya, melindunginya dari siksa kubur dan memasukkannya ke surga-Nya. Aamiin Yaa Robbal'alamin