Kami tak tahu namanya, jadi kami menyebutnya nenek bermata perak karena kedua bola matanya keperakan terkena katarak. Awal perkenalan kami di sebuah gang sempit. Waktu itu, dia dengan terbungkuk-bungku, berpegangan pada dinding rumah, berjalan di depan kami. Aku dan dua anak kembarku dengan sabar mengikutinya dari belakang.
KEMBALI KE ARTIKEL